REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Warga yang berunjuk rasa di Desa/Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, masih bertahan di depan Pertamina Integrated Terminal Balongan (ITB), Selasa (29/3/2022). Mereka menuntut Pertamina untuk memberikan ganti rugi atas pencemaran solar.
Berdasarkan pantauan Republika.co.id, warga masih bertahan dengan duduk-duduk di pinggir jalan di depan Pertamina ITB. Namun, tenda yang sempat dipasang pada aksi unjuk rasa sehari sebelumnya, telah dilepas.
Tenda itu sebelumnya dipasang di depan pintu gerbang Pertamina ITB hingga memanjang ke jalan raya Balongan. Hal itu menyebabkan kendaraan pengangkut BBM dan LPG menjadi tidak bisa berjalan.
Antrean kendaraan pengangkut BBM dan LPG pun mengular di Jalan Raya Balongan.
''Tadi malam sudah dimediasi oleh Pak Kapolres dan Pak Dandim untuk mencopot tenda. Warga sih nurutin. Jadi kami juga berharap agar Pertamina menuruti keinginan warga,'' kata seorang warga yang ikut unjuk rasa, Dasuki (55 tahun).
Dasuki menyebutkan, warga ingin menuntut ganti rugi senilai Rp 6 juta per orang. Mereka berharap, Pertamina mau bertanggung jawab terhadap dampak yang timbul akibat pencemaran solar.
''Itu tuntutan yang diinginkan warga. Sedangkan kenyataannya berapa, bagi warga yang penting Pertamina mau tanggung jawab,'' kata Dasuki.
Dasuki mengatakan, ceceran solar yang terjadi di perairan Balongan sangat berdampak pada perekonomian warga. Untuk bidang pariwisata, kondisi itu menyebabkan pengunjung menurun.
Dasuki yang juga pengelola Pantai Tirta Ayu Balongan itu mencontohkan, di Pantai Tirta Ayu, penghasilan dari tiket masuk pengunjung biasanya mencapai Rp 1 juta. Namun sekarang penghasilan itu sekitar Rp 150 ribu.
Para pengunjung yang sudah terlanjur datang pun mengeluhkan bau menyengat. Selain itu, air laut tidak layak untuk digunakan berenang.
Selain di bidang pariwisata, pencemaran solar pada perairan Balongan juga menyebabkan nelayan tidak dapat memperoleh tangkapan ikan. Termasuk bagi petambak yang tidak bisa mengairi tambaknya dengan air laut. Untuk itu, warga berunjuk rasa menuntut ganti rugi setelah beberapa kali audensi mengalami kebuntuan.
Pada aksi unjuk rasa Senin (28/3), warga bahkan mengamuk dengan menggedor-gedor pintu gerbang Pertamina ITB dengan batu. Bahkan, sempat terjadi aksi saling dorong pintu gerbang antara warga yang memaksa untuk masuk dan petugas pengamanan di dalam, yang berusaha mempertahankan pintu gerbang tersebut. Aksi itu berlangsung secara spontanitas hingga belum ada polisi yang berjaga.
''Kami akan terus bertahan sampai ada titik temu,'' kata Dasuki.
Pencemaran di perairan Balongan terjadi dua pekan lalu. Hal itu bermula dari adanya rembesan dari Pipa SPL SPM 150.000 DWT di Perairan Jetty Cargo Integrated Terminal Balongan. Rembesan itu terjadi ketika kapal tanker yang membawa produk jenis solar melakukan proses discharging ke Tangki Integrated Terminal Balongan.
Terpisah, Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat, Eko Kristiawan, mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak berwenang. Mereka pun menjamin pasokan BBM dan LPG tidak terganggu.
‘’Pasokan BBM dan LPG masih aman, masyarakat tidak perlu khawatir,’’ kata Eko.
Eko pun mengimbau masyarakat untuk tidak menghalangi distribusi BBM dan LPG. Pasalnya, Integrated Terminal Balongan merupakan objek vital nasional. Eko juga menyatakan, untuk langkah selanjutnya, pihaknya akan melakukan upaya dialog dan mediasi lebih lanjut dengan warga.