Selasa 29 Mar 2022 19:03 WIB

Selamat Tinggal Premium

Pemerintah memutuskan untuk memberi subsidi pertalite.

Rep: Intan Pratiwi/Antara/ Red: Teguh Firmansyah
Pengendara motor mengisi BBM jenis Pertalite di sebuah SPBU Pertamina di Jakarta, Jumat (24/12/2021).
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Pengendara motor mengisi BBM jenis Pertalite di sebuah SPBU Pertamina di Jakarta, Jumat (24/12/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah memutuskan tak lagi menjual bahan bakar minyak jenis Premium sejak tahun 2022. Namun, meski Premium hilang, bukan berarti pemerintah menghapus subsidi.  BBM khusus yang disalurkan PT Pertamina (Persero) yang nantinya disubsidi oleh pemerintah adalah Pertalite atau RON 90.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan keputusan menjadikan Pertalite sebagai Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) sejak 10 Maret melalui Kepmen ESDM No 37.K/HK.02/MEM.M/2022.

Baca Juga

"Premium sudah tidak dijual lagi, saat ini yang menjadi JBKP adalah Pertalite," ujar Tutuka dalam RDP bersama Komisi VII DPR RI, Selasa (29/3).

Tutuka juga menjelaskan saat ini masyarakat tak bisa lagi leluasa membeli Pertalilte. Sebab, saat ini jatah Pertamina menjual Pertalite dalam 2022 hanya 23,05 juta KL.

Sayangnya, kata Tutuka lagi, saat ini konsumsi Pertalite terus meningkat. Ia bahkan memprediksi bahwa hingga akhir tahun nanti konsumsi Pertalite bisa mencapai 26,5 juta KL "Estimasi over kuota 15 persen (26,5 juta KL) dari kuota yang ditetapkan (23,05 juta KL)," ujar Tutuka.

Sejak Januari 2022 hingga Februari kemarin saja, kata Tutuka realisasi serapan Pertalite mencapai angka 4,2 juta KL atau lebih 18,5 persen dari kuota bulan Februari.

Kebijakan yang sudah diteken sejak awal Maret ini sempat ditakis oleh Tutuka. Ditemui di Forum ETWG 1 Yogyakarta Tutuka sempat berkelit bahwa penetapan Pertalite sebagai JBKP sudah tuntas. Dia mengatakan, penetapan Pertalite sebagai JBKP masih dalam pembahasan. "Iya, JBKPnya jadi Pertalite, tapi masih dibahas," ujar Tutuka, Rabu (24/3).

Tutuka juga berujar bahwa penyaluran Pertalite tidak ada perubahan ataupun jatah kuota. "Ya disalurkan seperti biasa seperti saat ini saja," tambah Tutuka saat itu.

Secara terpisah Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) hingga saat ini mengaku tak ada kendala pasokan Pertalite. Kepala BPH Migas Kementerian ESDM, Erika Retnowati menjelaskan saat ini stok Pertalite berada di angka 1,15 juta KL. Dengan stok tersebut ketahanan energi mencapai 15,7 hari.

"Saat ini stok Pertalite dalam posisi aman, meski secara penyaluran sudah melebihi dari kuota yang ditetapkan," ujar Erika dalam RDP bersama Komisi VII DPR RI, Selasa (29/3).

Ketahanan subsidi

Berdasarkan realisasi Mean of Platts Singapore (MOPS) pada Maret 2022, harga pertalite rata-rata 128,19 dolar AS per barel atau naik 63 persen dari rata-rata tahun 2021 sebesar 78,48 dolar AS per barel.Meski harga global telah melambung tinggi, namun pemerintah Indonesia masih dapat menjaga harga pertalite senilai Rp7.650 per liter.

Kementerian ESDM telah membuat simulasi dampak perkembangan harga minyak dunia yang berpotensi meningkatkan besaran subsidi dan kompensasi untuk pertalite.

Apabila harga minyak mentah Indonesia (ICP) senilai 69 dolar AS per barel, maka total subsidi dan kompensasi yang harus dikeluarkan pemerintah mencapai Rp39,76 triliun dengan harga jual eceran Rp9.400 per liter.

Namun, jika harga ICP tembus 180 dolar AS per barel akan membengkakkan subsidi dan kompensasi hingga Rp306,57 triliun dengan harga jual eceran sebesar Rp21 ribu per liter.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement