Selasa 29 Mar 2022 20:08 WIB

Menko Airlangga Resmikan Groundbreaking Investasi Terbesar di Pulau Sumatra

APRIL Group memperluas produknya di sektor hilir dengan menginvestasikan Rp 33,4 T.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Agus raharjo
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (kedua kiri) meresmikan groundbreaking investasi produk kemasan berkelanjutan Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang merupakan bagian dari APRIL Group di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, Selasa (29/3).
Foto: Istimewa
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (kedua kiri) meresmikan groundbreaking investasi produk kemasan berkelanjutan Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang merupakan bagian dari APRIL Group di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, Selasa (29/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengaku industri berperan penting dalam menciptakan nilai tambah, devisa, dan tenaga kerja. Seiring penurunan kasus Covid-19 yang semakin konsisten, sektor industri juga telah kembali berekspansi.

Industri kertas dan barang dari kertas menjadi salah satu sektor yang terus mengalami peningkatan di sisi utilisasi. Pada Februari 2022, utilisasinya cukup tinggi yakni berada di angka 87,3 persen, tertinggi kedua setelah industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki.

Baca Juga

“Industri pulp dan paper ini juga telah menjadi industri andalan ekspor. Kinerja perdagangannya selama 6 tahun terakhir selalu positif, dengan surplus terbesar di tahun 2020 senilai 4,1 miliar dolar AS,” ujar Airlangga saat menyampaikan sambutan dalam kegiatan groundbreaking realisasi investasi produk kemasan berkelanjutan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang merupakan bagian dari APRIL Group di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, Selasa (29/3).

Surplus tersebut juga sejalan dengan kinerja ekspor industri kertas dan barang dari kertas yang cenderung mengalami peningkatan. Total ekspor 2021 mencapai 11,8 juta ton, menjadikan Indonesia berada di peringkat ke-8 sebagai negara pengekspor pulp dan paper dunia.

Di Indonesia setidaknya terdapat 103 perusahaan pada sektor industri kertas. Total kapasitas produksi kertas sebanyak 18,26 juta ton per tahun yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1,36 juta orang. Sektor ini juga menghasilkan devisa melalui ekspor sebesar 7,5 miliar dolar AS pada 2021.

Sebagai informasi, APRIL Group merupakan produsen serat, pulp, dan kertas berkelanjutan yang berkomitmen mendukung pembangunan green economy di Indonesia. APRIL Group sendiri telah memperluas portofolio produknya di sektor hilir dengan menginvestasikan Rp 33,4 trilliun untuk mendirikan fasilitas produksi kertas kemasan lipat (paperboard) berkelanjutan.

Investasi tersebut akan berpengaruh pada peningkatan produksi kraft pulp sebesar 1,06 juta ton, 600 ribu ton Bleached Chemi-Thermo Mechanical Pulp (BCTMP), dan pabrik kertas kemasan lipat (paperboard) berkapasitas 1,2 juta ton/tahun yang bersifat mudah terurai (biodegradable) dan mudah didaur ulang (recyclable).

Airlangga menyambut baik investasi yang dilakukan PT RAPP ini dengan harapan dapat menumbuhkan pusat ekonomi baru di daerah, khususnya di Provinsi Riau. Sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang dapat memajukan kesejahteraan masyarakat daerah setempat, dan pada akhirnya dapat mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Pembangunan fasilitas baru yang berlokasi di Pangkalan Kerinci tersebut merupakan salah satu investasi manufaktur terbesar di Pulau Sumatra dalam kurun 10 tahun terakhir. Pembangunannya direncanakan akan selesai pada kuartal ketiga pada 2023. Pemerintah juga terus mendorong implementasi standar pengelolaan yang berkelanjutan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses produksi pulp dan kertas.

Ketua Umum DPP Partai Golkar ini juga berharap industri pulp dan kertas turut berperan dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca. Yakni dengan cara menerapkan standar-standar industri hijau dan berkomitmen untuk menjaga lingkungan dan keamanan pada konsumen.

APRIL Group juga tengah membangun pembangkit listrik tenaga surya (solar panel) berkapasitas 20 MW untuk menunjang kegiatan produksi dan operasionalnya serta menurunkan kadar emisi karbon produk hingga 2030 nanti.  Hal ini turut mendukung realisasi roadmap Pemerintah dalam mencapai net zero emmision. Selain itu, guna mencapai target iklim positif disediakan pula 2 bus listrik untuk mobilitas karyawan sebagai langkah awal mendukung terciptanya transportasi rendah karbon di wilayah operasional perusahaan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement