Rabu 30 Mar 2022 04:16 WIB

Pasokan Gas Rusia ke Eropa Terancam

Vladimir Putin menagih negara tidak bersahabat dalam mata uang rubel untuk gas.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Friska Yolandha
Foto udara fasilitas Nord Stream 2.
Foto: AP Photo/Michael Sohn
Foto udara fasilitas Nord Stream 2.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Rusia mengatakan akan menyusun pengaturan praktis bagi perusahaan asing untuk membayar gasnya dalam mata uang rubel pada Kamis (31/3/2022) mendatang. Kebijakan itu menindaklanjuti kemungkinan gangguan pasokan karena negara-negara Barat sejauh ini menolak permintaan Moskow untuk pertukaran mata uang.

Perintah Presiden Rusia, Vladimir Putin menagih negara-negara "tidak bersahabat" dalam mata uang rubel untuk gas Rusia. Kebijakan itu telah mendorong mata uang ini, setelah jatuh ke posisi terendah sepanjang masa ketika Barat memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Moskow atas invasinya ke Ukraina.

Baca Juga

"Tidak ada yang akan memasok gas secara gratis, itu tidak mungkin, dan Anda hanya dapat membayarnya dalam rubel," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov kepada wartawan, Selasa (29/3/2022).

Langkah tersebut telah menuai kritik keras dari negara-negara Eropa, yang membayar gas Rusia sebagian besar dalam euro. Mereka menyebut Rusia tidak berhak untuk “menggambar” ulang kontrak, dengan negara-negara G7 menolak tuntutan Moskow pada minggu ini.

Harga gas Eropa telah meningkat lebih lanjut pada minggu ini, di tengah kekhawatiran tentang penghentian pasokan. Rusia sejauh ini telah memenuhi kewajiban kontraktualnya untuk pasokan gas ke Eropa.

Peskov mengatakan bahwa sejalan dengan tenggat waktu pada 31 Maret yang ditetapkan oleh Putin, maka semua modalitas sedang dikembangkan sehingga sistem itu dapat dimengerti dan layak untuk pembeli Eropa dan internasional. Namun, negara-negara G7 telah meminta perusahaan untuk tidak menyetujui pembayaran mata uang rubel, di mana sebagian besar kontrak pasokan gas menetapkan pembayaran euro atau dolar AS.

"Itu adalah posisi yang kami bagikan, yang dipegang oleh Komisaris energi kami," ujar juru bicara Komisi Eropa pada konferensi pers di Brussels, Selasa.

Uni Eropa sedang menilai skenario, termasuk penghentian penuh pasokan gas Rusia pada musim dingin mendatang, sebagai bagian dari perencanaan darurat untuk guncangan pasokan. Eropa mendapat sekitar 40 persen gasnya dari Rusia. Impor sekitar 155 miliar meter kubik (bcm) tahun lalu.

Permintaan Putin telah memicu kekhawatiran di Jerman sebagai ekonomi utama Eropa, tentang gangguan besar pada pasokan gas jika utilitas gagal membayar dalam mata uang rubel, serta bagaimana hal ini akan mempengaruhi industri dan rumah tangga.

Tanpa pasokan gas Rusia, Kepala Eksekutif E.ON Leonhard Birnbaum mengatakan ekonomi Jerman akan menderita terguncang. Dia menjelaskan negara itu akan membutuhkan tiga tahun untuk merdeka dari gas Rusia.

Baca juga : Puluhan Diplomat Rusia Diusir dari Eropa

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement