REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Drama radio merupakan program yang cukup digemari pada era 1970-an sampai 1990-an. Kini, program serupa masih ada tetapi disampaikan lewat medium berbeda, hanya saja masih dalam format audio.
Dengan nama drama audio, pendengar bisa menikmatinya lewat platform streaming. Menurut Dimasta dari Ardan Radio yang berpengalaman selama hampir satu dekade dalam pembuatan drama audio, ada alasan mengapa drama audio masih bertahan dan eksis hingga sekarang.
Dimasta yang merupakan bagian dari tim Jurnalrisa menyebut keunggulan theater of mind. Istilah tersebut merujuk pada imajinasi atau gambaran yang nyata dalam benak pendengar berkat kemampuan, gaya bicara, maupun teknik bercerita penyampai drama audio.
"Drama audio, pada dasarnya, dapat menstimulasi imajinasi pendengar untuk membangun adegan visual di dalam pikirannya dari cerita yang sedang didengarkan," ujarnya di acara virtual #NgabuburitDiSpotify, Selasa (29/3/2022).
Dia mencontohkan, ketika seseorang menyimak film horor, sudah terpampang seperti apa kengeriannya secara visual. Sementara, cerita horor yang disampaikan lewat drama audio sangat tergantung pada kekuatan imajinasi.
Bagi satu pendengar dengan pendengar lain, kengerian yang ada bisa saja berbeda. Selain keunggulan itu, hadirnya berbagai platform turut membuat drama audio kembali relevan dan membuka pintu untuk era baru program tersebut.
Sejalan dengan Dimasta, Iyas Lawrence dari Makna Talks berpendapat bahwa drama audio memungkinkan pendengar untuk menyelami pikiran serta sudut pandang banyak karakter di berbagai situasi. Penggambaran respons alami manusia saat berhadapan dengan situasi tertentu mendukung itu.
"Pendengar dihadapkan pada perasaan dan interaksi antarmanusia yang dapat terjadi ketika menghadapi situasi yang menegangkan, melalui penulisan naskah, desain suara, dan permainan peran," ujarnya.
Ramadhan mendatang, Iyas menggagas drama audio horor komedi "Kelas PUBER" musim ketiga di Spotify. Diaz Danar dari Podcast Ancur juga bakal merilis debut drama audio bertajuk "Pasukan Hampa Udara" pada bulan puasa nanti. Bagi Diaz, drama audio memungkinkan kreator untuk mengekspresikan kreativitas.
Bahkan, kreator dapat menghidupkan ide-ide terliar yang mungkin sulit diwujudkan pada hiburan visual. "Momen puasa ini, kami ingin memberikan audio experience berbeda bagi pendengar," kata Diaz.