Rabu 30 Mar 2022 06:44 WIB

Harga Minyak Jatuh Dipicu Pembicaraan Damai Rusia-Ukraina

Penguncian baru di China memicu kekhawatiran permintaan bahan bakar dapat terpukul.

Harga minyak dunia (ilustrasi).
Foto: REUTERS/Max Rossi
Harga minyak dunia (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, HOUSTON -- Harga minyak dua persen lebih rendah pada akhir perdagangan Selasa (29/3/2022) atau Rabu (30/3/2022) pagi WIB. Penurunan harga ini dipicu sentimen kemajuan pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina untuk mengakhiri konflik, meski perunding Moskow mengatakan janji untuk mengurangi beberapa operasi militer tidak mewakili gencatan senjata. 

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei turun 2,25 dolar atau 2,0 persen, menjadi menetap di 110,23 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei kehilangan 1,72 dolar AS atau 1,6 persen, menjadi ditutup di 104,24 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Baca Juga

Lebih lanjut membebani minyak berjangka, penguncian baru di China untuk mengekang penyebaran virus corona memicu kekhawatiran bahwa permintaan bahan bakar dapat terpukul. Kedua kontrak acuan merosot 7,0 persen pada Senin (28/3/2022) dan jatuh sebanyak 7,0 persen lagi pada awal perdagangan Selasa (29/3/2022) sebelum memantul dari posisi terendah sesi.

Negosiator Ukraina dan Rusia bertemu di Turki untuk diskusi tatap muka pertama dalam hampir tiga minggu. Negosiator top Rusia mengatakan pembicaraan itu konstruktif.

Rusia berjanji untuk mengurangi operasi militernya di sekitar Kyiv dan Ukraina utara. Sementara Ukraina mengusulkan adopsi status netral tetapi dengan jaminan internasional bahwa itu akan dilindungi dari serangan.

Minyak keluar dari posisi terendah sesi ketika negosiator utama Moskow memperingatkan bahwa janji Rusia untuk mengurangi operasi militer tidak mewakili gencatan senjata dan kesepakatan formal dengan Kyiv masih panjang."Mungkin ada alasan untuk sedikit lebih optimis daripada saat ini kemarin, tetapi saya tidak berpikir seluruh situasi dengan Ukraina ini akan hilang dalam 15 menit ke depan," Direktur Eksekutif energi berjangka di Mizuho, Robert Yawger memperingatkan.

Sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia atas invasinya ke Ukraina telah mengganggu pasokan minyak dan mendorong harga minyak ke hampir 140 dolar AS per barel, tertinggi dalam sekitar 14 tahun.Penguncian baru di Shanghai untuk mengekang meningkatnya kasus virus corona juga menekan harga pada Selasa (29/3/2022) karena pasar khawatir tentang penurunan permintaan China. 

Shanghai menyumbang sekitar 4,0 persen dari konsumsi minyak China, kata analis ANZ Research. Lockdown telah mengurangi konsumsi bahan bakar transportasi di China ke titik di mana beberapa penyulingan independen mencoba menjual kembali minyak mentah yang dibeli untuk pengiriman selama dua bulan ke depan, kata para pedagang dan analis.

Melemahnya permintaan minyak global diperkirakan akan bertahan hingga April dan Mei, kata wakil presiden senior analisis Rystad Energy, Claudio Galimberti, mengutip ketegangan Rusia-Ukraina, harga minyak yang tinggi, dan situasi Covid-19 di China.

Stok minyak mentah AS turun 3 juta barel pekan lalu, menurut sumber pasar, mengutip angka American Petroleum Institute, lebih curam dari penurunan 1,0 juta yang diperkirakan oleh analis yang disurvei oleh Reuters. Data persediaan pemerintah akan dirilis pada Rabu.

Baca juga : Rusia Tingkatkan Pembalasan dengan Tawaran Pembelian Eurobond dalam Rubel

Di awal sesi, harga minyak naik hampir dua dolar karena gangguan lanjutan dari pasokan Kazakhstan serta karena produsen-produsen utama tidak menunjukkan tanda-tanda bergegas untuk meningkatkan produksi secara signifikan.Kazakhstan akan kehilangan setidaknya seperlima dari produksi minyaknya selama sebulan setelah kerusakan akibat badai pada titik tambat yang digunakan untuk mengekspor minyak mentah dari Caspian Pipeline Consortium (CPC), kata kementerian energi.

Kelompok produsen OPEC+ diperkirakan akan tetap pada rencananya untuk kenaikan produksi moderat pada Mei meskipun harga tinggi serta seruan dari Amerika Serikat dan konsumen lain untuk pasokan yang lebih banyak. Menteri energi Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, anggota kunci, mengatakan OPEC+ tidak boleh terlibat dalam politik karena tekanan meningkat pada mereka untuk mengambil tindakan terhadap Rusia atas invasi ke Ukraina.

sumber : Antara/Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement