Layali Wuqud, Cara Mesir Era Fatimiyah Sambut Ramadhan

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko

Rabu 30 Mar 2022 14:11 WIB

 Pengrajin Mesir memproduksi lentera Ramadhan, yang disebut Fanous, di sebuah bengkel di Kairo, Mesir, 17 Maret 2022. Bulan Suci Puasa Ramadhan diperkirakan akan dimulai pada 02 April. Muslim di seluruh dunia merayakan bulan suci Ramadhan dengan berdoa pada malam hari dan menahan diri dari makan, minum, dan tindakan seksual, antara matahari terbit dan terbenam. Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam kalender Islam dan diyakini bahwa wahyu dari ayat-ayat pertama Alquran terjadi selama 10 malam terakhirnya. Foto: EPA-EFE/KHALED ELFIQI Pengrajin Mesir memproduksi lentera Ramadhan, yang disebut Fanous, di sebuah bengkel di Kairo, Mesir, 17 Maret 2022. Bulan Suci Puasa Ramadhan diperkirakan akan dimulai pada 02 April. Muslim di seluruh dunia merayakan bulan suci Ramadhan dengan berdoa pada malam hari dan menahan diri dari makan, minum, dan tindakan seksual, antara matahari terbit dan terbenam. Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam kalender Islam dan diyakini bahwa wahyu dari ayat-ayat pertama Alquran terjadi selama 10 malam terakhirnya.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Selama dekade yang panjang, Mesir terkenal dengan banyaknya ritual yang diberlakukan dan dikaitkan dengan hari libur keagamaan dan hari-hari penting lainnya. Ada satu yang berkaitan dalam rangka menyambut Ramadhan, yaitu Layali Wuqud atau "Malam Cahaya".

Layali Wuqud dimulai dari Al-Azhar Al-Sharif, yang selama era Dinasti Fatimiyah tidak hanya sebagai masjid besar dan universitas untuk menimba ilmu pengetahuan. Saat itu Al-Azhar juga merupakan pusat dari banyak ritual, acara resmi lainnya yang merayakan segala peristiwa yang berharga dan penting bagi Muslim Mesir.

Baca Juga

Hal itu mengingat Al-Azhar adalah landmark internasional terbesar di mana peristiwa-peristiwa penting di negara itu diamati. Karenanya, peristiwa keagamaan Islam di Mesir selalu dirayakan secara khusus.

Salah satu hari raya itu adalah Layali Wuqud (Malam Cahaya) dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan disertai pelaksanaan pengamatan hilal, dan datangnya Hari Raya Idul Fitri yang juga disertai dengan pengamatan hilal. Selama Hari Layali Wuqud, semua masjid diterangi dengan nyala api obor, dimulai sejak matahari terbenam. Ini sebagai persiapan untuk menerima hari-hari yang penuh berkah dan bernilai besar dalam Islam, sehingga Kairo tampak bersinar dengan lentera dan lampu.

Biasanya perayaan ini dimulai dari Masjid Al-Azhar, lalu Rumah Hakim, dan kemudian Istana Khalifah. Selama itu, orang-orang akan pergi ke Masjid Al-Azhar, yang diterangi obor yang dinyalakan dengan api. Di halamannya diadakan sebuah majelis yang dipenuhi hakim dan cendekiawan, yang dipimpin oleh Ketua Mahkamah Agung.

Menurut ulama dan sejarawan Taqi al-Din al-Maqrizi (1364 M-1442 M), Layali Wuqud diberi nama ini karena banyaknya lampu dan minyak yang menyala di jalan-jalan Kairo.

Ibnu Iyas mengatakan dalam "Bada'i al-Zuhoor", bahwa pada malam penampakan hilal, empat hakim menghadiri sekolah Mansouriya selain al-Muhtasib. Ketika hilal tampak, maka lentera, obor, dan lilin, seluruhnya dinyalakan. Lilin juga dinyalakan di pertokoan, dan lentera ada di mana-mana.

Terpopuler