REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) menyalurkan pembiayaan syariah hingga Rp 5,5 triliun sepanjang 2021. Penyuran tersebut tumbuh signifikan sebesar 81 persen dibandingkan tahun 2020 yang sebesar Rp 3,1 triliun.
Pertumbuhan penyaluran pembiayaan syariah tahun lalu salah satunya didukung peraturan Qanun di Aceh. "Peraturan tersebut mewajibkan semua pembiayaan menggunakan prinsip syariah, sehingga ini sangat berpengaruh besar," kata Direktur Perseroan Niko Kurniawan Bonggowarsito, Rabu (30/3/2022).
Selain itu, lanjut Niko, pertumbuhan penyaluran juga ditopang oleh penambahan cabang baru. Hingga saat ini, cabang syariah di Adira Finance jumlahnya sudah mencapai 41 cabang serta 32 kios syariah.
Untuk menjaga pertumbuhan pembiayaan syariah, Niko mengatakan, Adira Finance mewajibkan smua cabang untuk meliterasikan keuangan syariah. Selain itu, perseroan juga gencar menyasar komunitas Muslim sehingga segmentasinya sangat baik untuk memasarkan produk syariah.
"Kami juga sedang membuat produk yang tidak ada substitusinya di pembiayaan konvensional sehingga minim kompetisi," terang Niko.
Direktur Utama Perseroan, I Dewa Made Susila menambahkan, tren penyaluran pembiayaan secara umum akan cukup positif pada tahun ini. Menurut Dewa, setidaknya ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyaluran pembiayaan baru di industri multi finance.
Dari sisi konsumen, ada perbaikan daya beli karena adanya pelonggaran pembatasan sosial. PPKM yang levelnya terus menurun akan membantu meningkatkan aktivitas masyarakat. "Ini memungkinkan masyarakat melakukan aktivitas sehingga akan menghasilkan daya beli terutama untuk sektor informal," kata Dewa.
Selain itu, tingginya harga komoditas membantu daya beli konsumen di luar Jawa yang ekonominya memang sangat tergantung dari harga komoditas. Di samping itu, kondisi makro sangat positif didukung pertumbuhan ekonomi yang positif, inflasi yang terkendali dan suku bunga yang masih rendah.
Di sisi lain, tekanan akan datang dari sisi suplai. Menurut Dewa, saat ini pasokan kendaraan sedikit terbatas terutama karena gangguan produksi akibat terbatasnya ketersediaan chip serta gangguan rantai pasok karena imbas Covid. Namun, normalisasi diperkirakan akan terjadi pada semester II tahun ini.
Meski demikian, Dewa menegaskan, Adira Finance sudah sangat siap untuk menyalurkan pembiayaan baru. Ia optimistis perseroan dapat membukukan pertumbuhan pembiayaan baru hingga lebih dari dua digit pada tahun ini.
"Secara pendanaan cukup ada, secara risk appetite mulai meningkat karena ada perbaikan kualitas aset. Selain itu restructured loan sudah sangat turun tajam, di Adira outstandingnya tinggal Rp 5 triliun dari Rp 19 triliun kredit yang sudah direstrukturisasi," jelas Dewa.