Rabu 30 Mar 2022 21:17 WIB

China dan Rusia Bertekad Perkuat Hubungan Bilateral

China bersedia bekerja sama dengan Rusia untuk membawa hubungan ke tingkat tinggi

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
 Presiden China Xi Jinping, kanan, dan Presiden Rusia Vladimir Putin berpose untuk foto sebelum pembicaraan mereka di Beijing, China, Jumat, 4 Februari 2022. Putin pada hari Jumat tiba di Beijing untuk pembukaan Olimpiade Musim Dingin dan berbicara dengan rekannya dari China Xi Jinping, karena kedua pemimpin tersebut ingin memproyeksikan diri mereka sebagai penyeimbang bagi AS dan sekutunya.
Foto: AP/Alexei Druzhinin/Pool Sputnik Government
Presiden China Xi Jinping, kanan, dan Presiden Rusia Vladimir Putin berpose untuk foto sebelum pembicaraan mereka di Beijing, China, Jumat, 4 Februari 2022. Putin pada hari Jumat tiba di Beijing untuk pembukaan Olimpiade Musim Dingin dan berbicara dengan rekannya dari China Xi Jinping, karena kedua pemimpin tersebut ingin memproyeksikan diri mereka sebagai penyeimbang bagi AS dan sekutunya.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – China dan Rusia bertekad mempererat hubungan serta kerja sama bilateral. Hal itu diumumkan saat Menteri Luar Negeri (Menlu) China Wang Yi bertemu Menlu Rusia Sergey Lavrov di Anhui, China timur, Rabu (30/3/2022).

“Kedua belah pihak lebih bertekad untuk mengembangkan hubungan bilateral, dan lebih percaya diri dalam mempromosikan kerja sama di berbagai bidang,” kata Wang.

Lewat pernyataan Wang, China tampaknya tak terpengaruh oleh gerakan komunitas internasional dalam “mengisolasi” Rusia menyusul tindakannya menyerang Ukraina. “China bersedia bekerja sama dengan Rusia untuk membawa hubungan China-Rusia ke tingkat yang lebih tinggi di era baru di bawah bimbingan konsensus yang dicapai oleh para kepala negara,” ujar Wang.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Rusia mengatakan, dalam pertemuannya dengan Wang, Lavrov menceritakan tentang kemajuan operasi militer Rusia di Ukraina, termasuk perihal negosiasi yang tengah dijalin kedua negara. “Kedua belah pihak mencatat sifat kontraproduktif dari sanksi sepihak ilegal yang dikenakan pada Rusia oleh Amerika Serikat (AS) dan satelitnya,” kata Kemenlu Rusia.

Senada dengan Wang, Kemenlu Rusia menyampaikan bahwa China dan Rusia akan terus memperkuat kemitraan strategis. Wang dan Lavrov bertemu di sela-sela pertemuan tentang Afghanistan yang digelar di Tunxi, China. Selain diplomat tinggi China dan Rusia, pertemuan itu turut dihadiri delegasi dari AS serta Pakistan. Iran, Tajikistan, dan Turkmenistan dan Uzbekistan diharapkan dapat turut mengirim delegasi ke pertemuan tersebut.

Menurut PBB, saat ini lebih dari separuh populasi Afghanistan, yakni sekitar 24 juta warga, menghadapi kekurangan makanan parah. Sekitar 1 juta balita berpotensi meninggal akibat kelaparan akhir tahun ini. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah menyerukan komunitas internasional untuk mempertahankan bantuannya untuk Afghanistan.

Dia pun meminta aset milik Afghanistan yang dibekukan segera dicairkan. Guterres menekankan, hal itu perlu dilakukan agar krisis kemanusiaan di negara tersebut tak semakin jauh memburuk.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement