Rabu 30 Mar 2022 23:47 WIB

Erick Thohir: Pemerintah Putuskan Subsidi Pertalite, Harga Tetap  

Harga pertamax akan naik karena subsidi dicabut, harga Pertalite Tetap

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Nashih Nashrullah
Sejumlah pengendara sepeda motor antre untuk mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Pertamina Riau, Jalan LLRE Martadinata, Kota Bandung, Rabu (30/3/2022). Pemerintah melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 37.K/HK.02/MEM.M/2022 Tanggal 10 Maret 2022 tentang Jenis Bahan Bakar Khusus Penugasan (JBKP), menetapkan bensin RON (Research Octane Number) 90 atau Pertalite menjadi JBKP menggantikan bensin RON 88 atau Premium. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Sejumlah pengendara sepeda motor antre untuk mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Pertamina Riau, Jalan LLRE Martadinata, Kota Bandung, Rabu (30/3/2022). Pemerintah melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 37.K/HK.02/MEM.M/2022 Tanggal 10 Maret 2022 tentang Jenis Bahan Bakar Khusus Penugasan (JBKP), menetapkan bensin RON (Research Octane Number) 90 atau Pertalite menjadi JBKP menggantikan bensin RON 88 atau Premium. Foto: Republika/Abdan Syakura

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan pemerintah telah mengambil keputusan terkait BBM, yang mana akan ada kenaikan harga BBM jenis Pertamax dan memutuskan mensubsidi BBM jenis Pertalite. 

"Pemerintah sudah memutuskan Pertalite dijadikan subsidi, Pertamax tidak, jadi kalau Pertamax naik mohon maaf, tapi kalau Pertalite subsidi, tetap " ujar Erick dalam kuliah umum bertajuk "Milenial dan Digital Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional" di Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Rabu (30/3/2022). 

Baca Juga

Erick menyebut kebijakan ini diambil menyusul tingginya subsidi pemerintah terhadap BBM yang selama ini mencapai puluhan triliun. Erick mengatakan BUMN sejak awal bertekad melakukan transformasi besar-besaran agar mampu berkontribusi lebih besar bagi negara lewat dividen. 

"Tentu kita dukung program pemerintah leaat dividen karena tidak mungkin dalam kodnisi ekonomi hari ini pemerintah hanya mengandalkan pajak, perlu ada dividen yang dipakai untuk program apakah sekarang subaidi BBM yang masih berjalan," ucap Erick. 

Sebelumnya, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan Kementerian BUMN telah mendorong Pertamina menghitung ulang selisih harga jual agar tidak terlampau jauh dari harga keekonomian Pertamax. 

Arya mengaku mendapat masukan dari banyak pihak seperti pengamat bahwa harga jual Pertamax saat ini yang sebesar Rp 9 ribu per liter memiliki selisih cukup besar dengan harga keekonomian dari Kementerian ESDM yang telah menyentuh sekitar Rp 16 ribu per liter  

"Artinya, selama ini Pertamina sudah mensubsidi para pengguna Pertamax yang 13 persen dari seluruh BBM yang sebenarnya orang-orang dari kalangan atas yang memakai mobil mewah, jadi lucu juga kalau sampai Pertamina mensubsidi mobil mewah tersebut," ujar Arya pada Selasa (29/3). 

Menurut Arya, sudah saatnya Pertamina mengembalikan harga Pertamax agar tidak terlalu jauh dari harga keekonomian. Arya menyebut harga jual Pertamax yang sebesar Rp 9 ribu per liter juga dikritisi operator lain yang menjual BBM Ron 92 di atas Rp 14 ribu.  

"Operator lain katakan seakan-akan Pertamina banting harga, tidak sehat juga bagi operator lain, sampai mereka katakan masak Pertamina seperti yayasan yang sumbang-sumbang mobil mewah untuk dapat harga Pertamax lebih murah. Memang seharusnya Pertamina didorong hitung benar agar tidak lagi terlalu besar dalam subsidi mobil mewah untuk Pertamax ini," kata Arya.       

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement