REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Kondisi di Ukraina semakin tidak aman setiap harinya. Sejak Rusia memulai invasinya, sudah jutaan orang telah mengungsi. Bahkan karena parahnya konflik, tetap tidak aman untuk menguburkan orang mati di beberapa lingkungan.
Asisten Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Joyce Msuya mengatakan kepada 15 anggota Dewan Keamanan PBB bahwa konflik tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda akan mereda. “Kota-kota seperti Mariupol, Kharkiv, Chernihiv, dan banyak lainnya ramai dan penuh kehidupan sebulan yang lalu, sekarang dikepung, dibombardir, dan diblokade,” kata Msuya dilansir The New Arab, Rabu (30/3/2022).
“Di beberapa lingkungan, bahkan tidak aman untuk mengubur orang mati,” tambahnya.
Sedikitnya 99 anak termasuk di antara yang tewas dan terluka, baik di rumah sakit, rumah dan sekolah. Msuya menambahkan bahwa warga sipil di kota-kota yang dikelilingi tidak memiliki akses ke kebutuhan dasar seperti makanan, air, listrik, obat-obatan, dan pemanas.
Empat minggu setelah konflik, lebih dari 10 juta orang termasuk lebih dari setengah anak-anak Ukraina, telah meninggalkan rumah mereka. Menurut PBB, angka ini mencakup sekitar 6,5 juta orang yang menjadi pengungsi internal.
PBB telah meningkatkan pekerjaan kemanusiaannya secara dramatis, menurut pernyataan itu, yang juga mencatat bahwa risiko keamanan berbahaya dan tantangan akses telah menghambat upaya mereka. Terutama untuk memberikan bantuan kepada warga sipil karena rute yang terganggu oleh penembakan, pertempuran, dan ranjau darat.