Kamis 31 Mar 2022 06:07 WIB

Tat Twam Asi, Filosofi yang Antarkan Made Janur Yasa Mendunia

Menurut Yasa, orang-orang sangat nyaman melakukan barter beras dengan sampah.

Red: Gilang Akbar Prambadi
Made Janur Yasa menerima piagam Muri dalam Talkshow bertemakan “Kemanusiaan dan Lingkungan Hidup: Filosofi Tat Twam Asi” di Galeri MURI, Mall of Indonesia, Jakarta.
Foto: Dok. Mur
Made Janur Yasa menerima piagam Muri dalam Talkshow bertemakan “Kemanusiaan dan Lingkungan Hidup: Filosofi Tat Twam Asi” di Galeri MURI, Mall of Indonesia, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Pegiat lingkungan hidup Made Janur Yasa memberikan pandangannya terkait cara bijaksana dalam memandang kehidupan di tengah pandemi. Ini menyinggung soal filosofi Tat Twam Asi yang artinya 'saya adalah kamu dan segala mahluk adalah sama' mengajarkan semua manusia punya kewajiban menolong orang lain dan tidak menyakiti orang lain.

Dalam kaitan masa pandemi dan mencintai lingkungan, kata Made, Tat Twam Asi itu membangun kebiasaan baru bagaimana hidup berdampingan antara masyarakat dan lingkungan hidup secara harmoni

Baca Juga

“Saya kebetulan dalam pandemi ini di Indonesia ini perlu beras, makannya beras, jadi beras itu sebagai barter. Karena kalau dikasih uang Rp 10 ribu habis, kalau dikasih beras satu liter itu rasanya lain, memberikan kehidupan, saling memberi," kata Made Janur Yasa, dalam Talkshow bertemakan “Kemanusiaan dan Lingkungan Hidup: Filosofi Tat Twam Asi” di Galeri MURI, Mall of Indonesia, Jakarta, dikutip pada Rabu (30/3/2022).

Acara yang dimoderatori Jaya Suprana juga menghadirkan dosen Ilmu Filsafat UI Rocky Gerung. Made Janur Yasa, yang baru-baru ini dinobatkan sebagai CNN Hero, mengatakan, untuk mengubah kebiasaan masyarakat terutama kebiasaan membuang sampah harus dilakukan secara bersinergi antara masyarakat dengan pemerintah.

“Mengubah kebiasaan harus melalui aksi, jadi itu yang saya bilang eduaksi, ada edukasi di dalam aksi,” kata sosok yang mendunia karena konsep barter sampah dengan beras ini.

Made Janur mengatakan, kolaborasi dengan masyarakat sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan globalisasi saat ini. 

Dikutip dari Antara, Made Janur Yasa sendiri merupakan pencetus ide menukar sampah plastik dengan beras. Pada masa pandemi, menukar plastik dengan beras diyakini sangat menguntungkan masyarakat dan bisa membawa perubahan.

Ide tersebut diawali pada bulan Mei 2020 lalu. Awalnya Yasa hanya menjalankan barter tersebut di desanya. Kemudian program tersebut menyebar ke desa-desa lainnya di Bali.

"Saya berpikir, jika berhasil di desa saya, itu akan berhasil di tempat lain juga. Saya menyadari hal ini menjadi lebih besar dari yang pernah saya bayangkan," kata Yasa.

Program ini juga menyatukan kelompok lingkungan lokal yang disebut dengan Banjar. Mereka juga mengumpulkan plastik dari rumah, jalan, sungai, pantai, dan sekitarnya.

Setiap bulannya, warga membawa plastik yang ditukar dengan beras. Menurut Yasa, dengan adanya program ini telah membantu untuk memberi makan ribuan keluarga dan mengumpulkan hampir 300 ton plastik untuk di daur ulang.

"Remaja datang dengan senyuman. Orang tua ada di sana. Anak-anak kecil datang dengan ibu mereka. Itu yang membuat saya terus maju, melihat mereka semua bersemangat," kata Yasa.

Yasa juga mengatakan, barter sampah dengan beras didasari nilai kearifan lokal Bali. Nilai ini adalah Tri Hita Karana yaitu tiga cara untuk mencapai kebahagiaan, martabat, dan hubungan antar manusia.

Dalam program barternya, Yasa bekerja bergantung dari jumlah sampah yang dibawa masyarakat. Setiap kategori memiliki nilai yang berbeda. Program juga bekerja sama dengan perusahaan yang membutuhkankan daur ulang plastik.

"Kami membeli beras dari petani. Jadi, kami benar-benar menciptakan ekonomi sirkular ini, mendukung para petani dan kemudian kami juga membersihkan lingkungan dan memberi makan orang-orang di komunitas itu," kata Yasa.

Menurut Yasa, orang-orang sangat nyaman melakukan barter beras dengan sampah. Menurutnya mengambil sampah plastik adalah perbuatan yang menyenangkan. Sekarang program ini telah berjalan di dua ratus desa.

Pada akhir acara, Jaya Suprana menganugerahkan rekor Muri kepada Made Yasa. Made menyampaikan apresiasinya terhadap Jaya Suprana.

“Saya merasa terhormat dan merasa bangga dengan adanya Muri ini, karena banyak sekali yang namanya prestasi yang kita punya di Indonesia yang perlu mendapatkan penghargaan," kata Made Janur Yasa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement