REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS – Sekretaris Jenderal Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg mengatakan, pasukan Rusia tidak menarik diri dari Ukraina. Mereka, ujar Stoltenberg, hanya melakukan pemosisian ulang.
“Menurut intelijen kami, unit Rusia tidak menarik (diri), tapi memposisikan ulang. Rusia sedang mencoba untuk berkumpul kembali, memasok dan memperkuat serangannya di wilayah Donbas,” kata Stoltenberg kepada awak media, Kamis (31/3/2022).
Dalam pertemuan terbaru dengan perwakilan Ukraina di Istanbul, Turki, delegasi Rusia memang berjanji akan secara drastis mengurangi operasi militernya di Ukraina. “Rusia telah berulang kali berbohong tentang niatnya,” ujar Stoltenberg.
Menurut dia, saat ini tekanan terus berlanjut di Kiev dan kota-kota lain di Ukraina. “Kita dapat mengharapkan tindakan ofensif tambahan yang membawa lebih banyak penderitaan,” ucapnya.
Amerika Serikat (AS) telah mengatakan bahwa Rusia mulai melakukan pemosisian ulang sekitar 20 persen pasukannya yang ditempatkan di sekitar Kiev. Menurut Pentagon, sebagian besar pasukan berpindah ke wilayah utara Ukraina. Ada pula sejumlah pasukan yang menyeberang ke Belarusia. Kendati demikian, mereka siap dikerahkan kembali ke Ukraina jika terdapat operasi atau misi baru.
Pada Selasa (29/3/2022) lalu, perwakilan Rusia dan Ukraina bertemu dan melakukan pembicaraan damai di Istanbul. Setelah pertemuan itu, Rusia telah berjanji akan secara drastis mengurangi operasi militernya di sekitar Kiev dan kota Chernihiv, Ukraina. Sementara Ukraina siap menjadi negara non-blok dan non-nuklir asalkan memperoleh jaminan keamanan.
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexander Fomin mengatakan Rusia telah memutuskan untuk mengurangi pertempuran di dekat Kiev dan Chernihiv guna menciptakan kondisi dialog. Sementara itu, negosiator Ukraina mengatakan, mereka telah mengusulkan bahwa Ukraina tidak akan bergabung dengan aliansi atau pangkalan tuan rumah pasukan asing. Namun Ukraina menghendaki jaminan keamanan yang mirip dengan “Pasal 5” klausul pertahanan kolektif Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Ukraina mengidentifikasi Israel serta anggota NATO, yakni Kanada, Polandia, dan Turki sebagai negara yang dapat membantu memberikan jaminan tersebut. Usulan juga akan mencakup periode konsultasi 15 tahun tentang status Krimea yang dicaplok Rusia pada 2014. Proposal hanya bisa berlaku jika terjadi gencatan senjata lengkap.