Jumat 01 Apr 2022 07:40 WIB

Putin: Bayar Pake Rubel atau Pasokan Gas Dihentikan

Pembeli gas harus memakai rekening khusus di Gazprombank untuk mentransfer rubel.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan di Moskow, Rusia, Selasa, 29 Maret 2022. Putin memberlakukan pembayaran gas kepada dengan mata uang rubel mulai Jumat (1/4/2022).
Foto: Mikhail Klimentyev, Sputnik, Kremlin Pool Pho
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan di Moskow, Rusia, Selasa, 29 Maret 2022. Putin memberlakukan pembayaran gas kepada dengan mata uang rubel mulai Jumat (1/4/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin memberlakukan pembayaran gas kepada dengan mata uang rubel mulai Jumat (1/4/2022). Putin mengatakan, pembeli gas harus membuka rekening di bank Rusia.

Pembayaran gas dilakukan melalui rekening bank Rusia, dengan mata uang rubel. Jika pembeli menolak membayar dengan mata uang rubel, maka Rusia akan memotong pasokan gas mereka. 

Baca Juga

"Jika pembayaran tersebut tidak dilakukan, kami akan menganggap ini sebagai  default di pihak pembeli, dengan semua konsekuensi berikutnya. Kami tidak menjual secara gratis, dan kami juga tidak akan melakukan amal, (konsekuensinya) yaitu, kontrak yang sudah berjalan akan dihentikan," ujar Putin.

Di bawah mekanisme yang ditetapkan oleh Putin, pembeli asing akan menggunakan rekening khusus di Gazprombank untuk membayar gas.  Gazprombank akan membeli rubel atas nama pembeli gas dan mentransfer rubel ke rekening lain.

Sebuah sumber mengatakan kepada Reuters bahwa, dalam beberapa kontrak jatuh tempo pembayaran untuk gas yang dikirim pada April, dimulai paruh kedua April. Sementara kontrak lainnya jatuh tempo pembayaran gas dimulai pada Mei.

Keputusan Putin untuk memberlakukan pembayaran gas dengan rubel telah memulihkan nilai mata uang Rusia, yang sebelumnya jatuh akibat invasi Rusia ke Ukraina. Kebijakan pembayaran gas Rusia dengan mata uang rubel membuat Eropa menghadapi prospek kehilangan lebih dari sepertiga pasokan gasnya. Jerman, yang paling bergantung pada gas Rusia, telah mengaktifkan rencana darurat yang dapat menyebabkan penjatahan di negaranya.

Barat menjatuhkan sanksi pada bank, perusahaan, pengusaha, dan rekanan Moskow, sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina. Ekspor energi adalah senjata ampuh Putin, saat dia mencoba untuk membalas sanksi Barat.

Putin mengatakan peralihan pembayaran gas ke rubel akan memperkuat kedaulatan Rusia. Dia mengatakan, Barat menggunakan sistem keuangan sebagai senjata. Menurutnya tidak masuk akal bagi Rusia untuk berdagang dalam dolar dan euro, ketika aset dalam mata uang itu dibekukan oleh Barat.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Kami telah memasok konsumen Eropa dengan sumber daya kami, dalam hal ini gas. Mereka menerimanya, membayar kami dalam euro, yang kemudian mereka bekukan sendiri. Dalam hal ini, ada banyak alasan untuk percaya bahwa kami mengirimkan sebagian dari gas yang disediakan ke Eropa secara praktis tanpa biaya. Itu, tentu saja, tidak dapat berlanjut," kata Putin.

Putin mengatakan, Rusia masih menghargai reputasi bisnisnya. Rusia akan terus memenuhi kewajiban dalam kontrak gas dan lainnya.

Baca juga : Putin Tandatangani Dekrit Wajib Militer, tak akan Terlibat di Ukraina

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement