REPUBLIKA.CO.ID,TELAVIV–Otoritas pendudukan Israel telah menolak permintaan dari polisi Israel untuk membatasi jumlah warga Palestina yang dapat mengakses kompleks Al Aqsha selama Ramadhan. Aturan pembatasan akan disebut akan dikurangi selama bulan suci untuk mencegah konflik.
Dilansir dari The New Arab, Kamis (31/3/2022), permintaan polisi datang menyusul serangkaian serangan di Israel selama beberapa pekan terakhir yang telah menewaskan sedikitnya 11 orang.
Perdana Menteri Naftali Bennett mengadakan kabinet keamanan pada Rabu (30/3/2022) untuk membahas serangkaian peristiwa serangan baru-baru ini dan memutuskan untuk melonggarkan pembatasan yang ditempatkan pada warga Palestina untuk memasuki Al Aqsha selama Ramadhan. Otoritas pendudukan memilih untuk meningkatkan keamanan di sekitar kompleks suci Al Aqsha, meskipun Bennett mendesak pemukim Israel untuk mempersenjatai diri.
Beberapa anggota badan keamanan Israel telah menyerukan pemerintahannya untuk menjatuhkan hukuman yang lebih keras kepada warga Palestina sehubungan dengan serangan baru-baru ini. Seperti mengunci Tepi Barat atau membatasi akses ke Al Aqsha.
Padahal kompleks Al Aqsha adalah situs tersuci ketiga bagi umat Islam. Ramadhan lalu, serangkaian serangan oleh pasukan keamanan Israel dan ekstremis terhadap jamaah Palestina di sana menyebabkan ratusan warga Palestina terluka dan memicu konflik mematikan antara Israel dan Hamas di Gaza.
Ada ketakutan akan kekerasan di sekitar kompleks suci karena bentrokan bulan Ramadhan dengan peringatan 74 tahun Nakba Palestina dan dengan hari raya Paskah Yahudi.
Israel terus melakukan penganiayaan terhadap warga Palestina, meningkatkan penghancuran rumah tahun ini. Sebuah laporan baru-baru ini oleh Amnesty International menggambarkan perlakuan Israel terhadap warga Palestina sebagai perilaku "apartheid."