Jumat 01 Apr 2022 23:45 WIB

China Terus Gencarkan Vaksinasi Warga Lansia

Beberapa lansia khawatir tentang kemungkinan reaksi pasca-vaksinasi

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
 Masyarakat mengantre untuk mendapatkan suntikan booster vaksin Covid-19 di tempat vaksinasi sementara di Beijing, China, 3 November 2021. China kini menawarkan vaksin heterolog sebagai dosis booster.
Foto: EPA
Masyarakat mengantre untuk mendapatkan suntikan booster vaksin Covid-19 di tempat vaksinasi sementara di Beijing, China, 3 November 2021. China kini menawarkan vaksin heterolog sebagai dosis booster.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Seorang guru di provinsi Guangdong selatan China diberitahu oleh sekolahnya harus menemukan empat individu yang tidak divaksinasi berusia 60 atau lebih. Setelah itu dia harus memastikan mereka mendapatkan vaksinasi jika tidak ingin ulasan kinerjanya terpengaruh.

"Tapi (saya) memiliki kelas untuk diajar ... saya tidak bisa begitu saja meninggalkan murid-murid saya dan pergi mencari jarum di tumpukan jerami," kata guru  yang bernama Sherry.

Sedangkan beberapa orang lain di distriknya telah diberi tugas serupa oleh atasannya. Sherry mengatakan, harus menawarkan bonus uang tunai dari dompetnya sendiri untuk memenangkan kompetisi dalam mencari lansia. Dia mengatakan telah menghabiskan hampir 1.000 yuan untuk dua orang agar mendapatkan vaksinasi.

Pada bulan lalu, varian Omikron telah menyeret negara berpenduduk terpadat di dunia ke dalam wabah terbesar sejak pidemi Wuhan 2020. Ada lebih dari 38.000 kasus bergejala lokal pada Maret, lebih dari empat kali jumlah infeksi sepanjang 2021. Jumlah itu tidak termasuk mereka yang tidak memiliki gejala, yang diklasifikasikan secara terpisah oleh China.

Mengatasi masalah itu, China mempertahankan kebijakan untuk membatasi penularan segera dan menganggap warga lansia sebagai mata rantai yang harus paling terlindungi. Dari 264 juta orang berusia di atas 60 tahun, sekitar 20 persen, belum menyelesaikan vaksinasi primer pada 25 Maret. Sebagai perbandingan, tingkat vaksinasi lengkap untuk 1,41 miliar penduduk adalah sekitar 88 persen.

Para pejabat mengatakan beberapa lansia khawatir tentang kemungkinan reaksi pasca-vaksinasi atau menganggap suntikan itu tidak perlu. Contoh saja di sebuah panti jompo di Beijing, hanya tiga dari 43 lansia yang telah divaksinasi.

"Tidak ada anggota keluarga dari orang tua mana pun yang secara sukarela meminta vaksinasi," kata seorang perwakilan dari institut panti jompo yang bermarga Qin.

Qin mengatakan, anggota keluarga khawatir tentang efek dari vaksinasi dapat memengaruhi pengobatan rutin anggota keluarga lansianya. "Akan ada beberapa keluarga yang berpikir bahwa (orang tua) sudah sangat tua, mereka tidak pergi keluar, dan sudah terbaring di tempat tidur, jadi tidak perlu divaksinasi," katanya.

China khawatir harus berhadapan dengan kondisi yang serupa dengan Hong Kong. Wilayah itu melaporkan sebagian besar kematian dalam wabah Covid-19 baru-baru ini adalah orang tua. Beijing mengatakan gejolak di bekas jajahan Inggris itu adalah pelajaran yang harus dipelajari oleh daratan.

Banyak pemimpin akar rumput telah mengirim orang untuk mengetuk pintu untuk menyampaikan gagasan vaksinasi kepada lansia. Mereka mencatat mereka yang belum divaksinasi dan alasannya, dan mengadakan percakapan untuk menghilangkan kekhawatiran tentang vaksin.

Bahkan, banyak daerah telah membagikan insentif untuk vaksinasi seperti kupon belanja, bahan makanan gratis, dan bahkan uang tunai. Bonus ini di antaranya menargetkan para lansia.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement