REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Tembok-tembok masjid Istanbul menyimpan berbagai kisah. Mulai dari pengabdian, kebanggaan, hingga seni kehidupan. Ada lebih dari 3.000 rumah ibadah di kota terbesar di Turki itu. Mulai dari gedung-gedung megah di lahan yang luas hingga bangunan kayu sederhana di pinggir jalan kota.
Beberapa di antaranya dibangun sebagai gereja Bizantium yang berasal dari abad ke-4 Masehi. Kemudian masjid baru terus didirikan secara teratur. Baik kontemporer atau kuno, masjid-masjid Istanbul menunjukkan keragaman yang luar biasa.
Di antaranya memiliki kubah yang menjulang tinggi dan dipenuhi dengan ubin dan kaligrafi bermotif, sementara yang lain ramping, minimal, dan modern. Melangkah ke masjid-masjid di Istanbul dapat membawa wisatawan ke masa lalu dan menceritakan kisah kebangkitan dan kejatuhan kekaisaran Romawi, Bizantium, dan Ottoman.
Sebelum listrik, banyak masjid diterangi oleh lampu gantung rendah dengan nyala api dari minyak yang berkedip-kedip dan menyelimuti ruangan dengan cahaya keemasan. Ruang sholat yang luas ditutupi karpet tenunan tangan dalam berbagai warna, dengan dominasi warna merah.
Saat ini, masjid-masjid diterangi dengan lampu listrik, dan sering kali dilengkapi dengan karpet biru buatan mesin. Muadzin, menciptakan salah satu suara di kota tersebut. Sebelum dilaksanakan sholat lima waktu, suara muadzin dapat terdengar berlapis-lapis dan terjalin satu sama lain.
Saat ini, adzan dikumandangkan melalui pengeras suara yang dipasang di menara, menara yang tingginya bisa mencapai ratusan kaki. Di masa lalu, yang terdengar hanyalah apa yang bisa dibawa oleh suara muazin di atas angin. Para pelantun akan naik ke balkon di atas menara dan menutup mulut mereka dengan tangan untuk mengumandangkan adzan.