Sabtu 02 Apr 2022 05:17 WIB

BNPB: Terjadi Anomali Banjir Selama Maret 2022

BNPB mencatat bencana banjir selama Maret terjadi sedikit anomali.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati  / Red: Bayu Hermawan
ilustrasi banjir
Foto: pexels
ilustrasi banjir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bencana banjir selama Maret 2022 terjadi sedikit anomali dari pelaporan kejadian banjir yang terjadi di Indonesia. Sebab, seharusnya kejadian banjir selama Maret 2022 mulai melemah namun yang terjadi malah sebaliknya.

"Selama Maret 2022 ada 163 kejadian banjir di 27 provinsi di 107 kabupaten/kota dengan total rumah terendam 151.255 unit, 16 korban jiwa, tiga orang dinyatakan hilang, dan ada 507.253 jiwa terdampak dan mengungsi," kata Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, saat mengisi konferensi virtual mengenai update kebencanaan, Jumat (1/4/2022).

Pihaknya membandingkan dengan Maret tahun-tahun sebelumnya seharusnya banjir yang diakibatkan oleh ujung musim penghujan itu seharusnya terjadi selama periode Januari hingga Februari. Tetapi pihaknya mencatat selama Maret 2022, kejadian banjir lebih banyak dibandingkan Maret setahun sebelumnya. Tercatat kejadian banir selama Maret 2022 sebanyak 163 kali dan Maret 2021 ada 156 kali. 

"Padahal, di 2021 masih ada fenomena La Nina, sementara di Maret 2022 meski ada efeknya tetapi seharusnya mulai melemah dibandingkan 2021. Tetapi pada kenyataannya jumlah kejadian banjir Maret 2022 yang dilaporkan dan ditangani, baik oleh BNPB maupun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) lebih banyak dibandingkan tahun 2021," ujarnya.

BNPB mencatat meski korban terdampak akibat banjir 2022 lebih sedikit, ternyata korban mengungsi jauh lebih banyak selama Maret 2022. Tercatat korban mengungsi Maret 2022 sebanyak 24 ribu orang sedangkan Maret 2021 sebanyak 3.200 orang. 

"Sehingga, korban mengungsi akibat banjir 2022 hingga 7 kali lipat lebih banyak dibandingkan Maret 2021," ucapnya.

Artinya, dia melanjutkan, eskalasi bencana ini jauh lebih besar ketimbang Maret 2021. Padahal, seharusnya normalnya periode Maret masuk pancaroba yang karakteristik hidrometeorologinya adalah hujan intensitas tinggi dalam durasi pendek. Tetapi kenyataannya banyak terjadi hujan intensitas tinggi dengan durasi panjang sehingga eskalasi daerah terdampak banjir masih sangat luas. 

Muhari membandingkan jumlah rumah rusak Maret 2022 lebih banyak dibandingkan Maret 2021. Sehingga ini berdampak pada jumlah masyarakat yang mengungsi jauh lebih banyak 2022 dibandingkan 2021. Terbaru, ia menyebutkan banjir terakhir yang terjadi di Maret 2022 yaitu  Sangatta, Kalimantan Timur. 

Muhari mengakui, banjir di Kutai Timur jadi kawasan terdampak banjir yang paling besar selama Maret 2022. Oleh karena itu, ia mengatakan BNPB tetap mendampingi seperti membentuk pos komando saat status tanggap darurat. Ini termasuk BNPB yang menyalurkan dana siap pakai sebesar Rp 250 juta. Kini, dia mengatakan banjir mulai surut dan masyarakat mulai membersihkan rumah masing-masing. 

"Pengungsi mulai kembali dan aktivitas ekonomi mulai pulih," ujarnya.

Lebih lanjut, ia menegaskan butuh dukungan masyarakat dan pemerintah daerah untuk melihat lagi kondisi alam dan kondisi ekosistem, kondisi lingkungan di sepanjang daerah aliran sungai, daerah resapan air dari hulu sampai hilir. "Karena ini yang bisa mengatasi bencana hidrometeorologi di masa depan," katanya. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement