Sabtu 02 Apr 2022 07:39 WIB

PM Pakistan Sebut Amerika Berupaya Menggulingkannya dari Kekuasaan

Khan mengklaim Pakistan menerima surat dari Amerika Serikat

Rep: Alkhaledi Kurnialam / Red: Agung Sasongko
Dalam gambar yang diambil dari video yang disediakan oleh UN Web TV, Imran Khan, Perdana Menteri Pakistan, berbicara dari jarak jauh pada sesi ke-76 Majelis Umum PBB dalam pesan yang direkam sebelumnya, Jumat 24 September 2021 di markas besar PBB.
Foto: UN Web TV via AP
Dalam gambar yang diambil dari video yang disediakan oleh UN Web TV, Imran Khan, Perdana Menteri Pakistan, berbicara dari jarak jauh pada sesi ke-76 Majelis Umum PBB dalam pesan yang direkam sebelumnya, Jumat 24 September 2021 di markas besar PBB.

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD–Perdana Menteri (PM) Pakistan Imran Khan menyebut Amerika Serikat sedang berupaya untuk menggulingkannya dari kekuasaan. Tuduhan ini disebutnya terkait dengan mosi tidak percaya parlemen terhadapnya pada 3 April.

Dilansir dari The New Arab, Jumat (1/4/2022), Khan membuat pernyataan itu pada Kamis (31/3/2022) dalam pidato televisi 40 menit yang disiarkan secara nasional.  Selama pidatonya, Khan mengklaim Pakistan menerima surat dari Amerika Serikat yang dengan cepat dia revisi menjadi "negara asing" yang berusaha mencopotnya dari jabatannya.

Baca Juga

“Jika mosi tidak percaya berhasil, kami akan memaafkan Anda. Jika tidak berhasil, dan Imran Khan tetap menjadi perdana menteri, maka Pakistan akan berada dalam situasi yang sulit,” tulis surat tersebut kepada Khan. 

Khan mengatakan partai-partai oposisi, yang menuduhnya melakukan pemerintahan yang buruk dan kebijakan ekonomi yang buruk, mengajukan mosi tidak percaya atas perintah Amerika Serikat.

Kemudian, menanggapi klaim Khan, juru bicara Departemen Luar Negeri mengatakan bahwa tuduhan itu tidak benar. "Sama sekali tidak ada kebenaran atas tuduhan itu,"jelasnya.

Partai-partai oposisi Pakistan yang biasanya terpecah telah mengesampingkan perbedaan mereka untuk menggulingkan Khan sebagai perdana menteri negara itu.  Meningkatnya inflasi yang diperburuk oleh perang Rusia di Ukraina serta hilangnya dukungan dari militer dan sekutu politik telah menempatkan Khan dalam posisi rentan menjelang pemungutan suara hari Ahad nanti.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement