REPUBLIKA.CO.ID,Di tengah kunjungan rombongan delegasi Papua Nugini ke Jakarta, Kamis (31/3) lalu, terselip agenda pembicaraan seputar pendidikan antara Perdana Menteri Papua Nugini James Marape dengan Rektor Universitas Pendidikan Muhammadiyah (UNIMUDA) Sorong, Rustamadji. Agenda ini dilakukan di tengah hiruk pikuk bussiness meeting antar pelaku usaha di Hotel Fairmont, Jakarta. Rustamadji tak hendak membuka peluang bisnis di Papua Nugini. Tokoh Perubahan Republika 2019 itu malah memberikan beasiswa kepada puluhan pelajar Papua Nugini yang belum bisa melanjutkan pendidikan di dalam negeri.
“Saya mengambil langkah pertama kali dari tanah Papua untuk memberikan beasiswa bagi para pelajar Papua Nugini,”ujar Rustamadji saat berbincang dengan Republika, Kamis. Menurut Rustamadji, langkah UNIMUDA merupakan bagian dari soft diplomacy dalam mengenalkan Indonesia dan Islam kepada para pemuda Papua Nugini. Terlebih, citra Indonesia di mata masyarakat Papua Nugini masih negatif. Beberapa organisasi kepemudaan Papua Nugini bahkan mendukung kemerdekaan Papua dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Salah satunya yakni JW Southern Higlands PNG yang berikrar untuk mendukung warga asli Papua memperjuangkan kemerdekaannya.
Menurut Rustamadji, kehadiran para pelajar Papua Nugini di Sorong perlahan akan menghapus stigma negatif tersebut. Para penerima beasiswa ini akan melihat jika institusi pendidikan di Indonesia mampu memberikan pelayanan yang baik tanpa memandang suku, ras, agama dan kewarganegaraan. Mereka yang awalnya hanya lulusan SMA akan dibantu hingga lulus menjadi sarjana. Mereka bahkan akan mendapatkan program vokasi untuk mengasah ketrampilan di dunia kerja.
Untuk mendapat pengetahuan tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), para penerima beasiswa akan mengikuti program studi banding ke kampus-kampus di Jawa. “Mereka jadi sadar oh Indonesia itu luas ya,”jelas dia. Tak hanya itu, mereka juga akan merasakan jika nilai-nilai Islam ternyata amat toleran, jauh dari apa yang melihat di layar kaca. “Saya tidak bisa menjelaskan kesana. Kita yang harus membuktikan ini. Mereka yang harus menjelaskan,”tambah Rustamadji.
Rustamadji menjelaskan, UNIMUDA akan memberikan beasiswa secara penuh kepada mereka. Tak hanya itu, mereka akan ditempatkan di asrama dan mendapatkan biaya untuk hidup sehari-hari. Menurut Rustamadji, UNIMUDA juga menyelenggarakan pertukaran dosen dari UNIMUDA ke Papua Nugini dan sebaliknya. Dia berharap, program tersebut mampu mengenalkan Indonesia kepada rakyat Papua Nugini yang kondisi pendidikannya masih belum merata.
UNIMUDA Sorong adalah universitas Muhammadiyah yang berada di Papua Barat. Pada awalnya, UNIMUDA berstatus sebagai Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah Sorong. Tingginya minat warga Papua untuk kuliah di STKIP membuat sekolah tinggi tersebut bertransformasi menjadi universitas. Saat ini, UNIMUDA memiliki sebanyak 5.218 mahasiswa yang kuliah di tujuh fakultas dan 26 program studi.
Rustamadji menjelaskan, UNIMUDA menjadi kampus pertama di Papua yang memberikan beasiswa kepada para pelajar Papua Nugini. Menurut dia, UNIMUDA juga akan melaksanakan program Internasionalisasi dengan beberapa negara lain seperti Turki, Timor-Timor, Thailand, Taiwan, Saudi Arabia, Brunei Darussalam, Malaysia dan Vietnam.
Bupati Sorong Johny Kamuru mengapresiasi program beasiswa tersebut. Menurut dia, program ini menunjukkan hal-hal luar biasa yang jarang dipikirkan oleh kampus swasta lain nya. "Kampus ini Selalu membuktikan diri dengan prestasi dan beristiqomah dalam berkreasi. Beasiswa merupakan program luar biasa yang tidak semua orang bisa mendapatkannya. UNIMUDA adalah suatu perguruan tinggi yang bisa mewujudkan hal tersebut,"ungkap Johny.
Pendidikan di Papua Nugini
Pendidikan di Papua Nugini memang belum merata. Berstatus sebagai negara persemakmuran Britania Raya tak membuat rakyat negeri yang berbatasan langsung dengan timur Indonesia itu bisa mendapatkan pendidikan layak. Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI di Port Moresby Chaerun Anwar menjelaskan, sekolah di Papua Nugini terbilang mahal. Hanya orang kaya yang bisa lulus hingga tingkat kuliah.
Chaerun menjelaskan, setiap tahun ada sekitar 13 ribu lulusan SMA di Papua Nugini. Hanya lima ribu orang yang bisa ditampung di universitas. “Anak-anak di Papua Nugini ketika lulus SMA untuk masuk ke perguruan tinggi limited (terbatas). Bangku kuliah disana tak bisa mengakomodasi para pelajar,”ujar Chaerun.
Menurut dia, hanya ada enam perguruan tinggi yang ada di Papua Nugini. Empat berstatus negeri sedangkan dua lainnya merupakan kampus swasta. Bagi keluarga yang mampu, ujar Chaerun, mereka memutuskan untuk kuliah di luar negeri seperti Singapura, Filipina atau Australia.
Dia menjelaskan, program beasiswa ini membawa dampak strategis bagi hubungan kedua negara. Selain karena dekat secara geografis, warga Papua Nugini dan Papua Barat masih merupakan satu rumpun yakni Melanesia. Mereka pun memiliki kemiripan tradisi dan budaya. “Tidak ada halangan karena mulai budaya hingga makanan itu mirip-mirip saja,”ujar dia.
1 Ramadhan 2022 Mau Ikut NU atau Muhammadiyah? Ini Fatwa dari MUI
Bayar Qadha Puasa Sehari Menjelang 1 Ramadhan 2022, Bolehkah?
Niat Puasa Ramadhan Lengkap Bahasa Arab, Latin dan Terjemahannya
Shalat Tarawih 23 Rakaat Lengkap Bacaan Imam, Bilal dan Jawaban Jamaah