REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat bulan puasa, salah satu tantangannya adalah bangun pagi untuk makan sahur. Biasanya, karena tidak terbiasa makan sebelum waktu subuh, mata terkadang masih berat hingga malas makan.
Apa dampaknya bila kita meninggalkan makan sahur? Pakar gizi klinis dari Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Fiastuti Witjaksono menjelaskan, pada saat sahur, tubuh seharusnya mendapatkan sekitar 40 persen dari total kebutuhan kalori per hari.
Caranya dengan makan besar 30 persen dan makan kecil 10 persen. Lalu, minum air putih dua gelas.
"Saya sering menemukan orang hanya minum teh sahurnya, malas bangunnya, malas sahurnya, itu tidak boleh dilakukan kalau kita mau mendapatkan manfaat yang optimal pada saat puasa ramadhan," ujar Fiastuti dalam konferensi pers, dikutip Sabtu (2/4/2022).
Sahur, menurut Fiastuti, merupakan awal dari puasa, persiapan tubuh menghadapi puasa. Karena itu, jumlahnya asupan gizinya harus cukup dan lengkap.
"Lengkap itu ada sumber karbohidrat boleh nasi, nasi beras merah lebih dianjurkan, oat, kentang atau makanan pengganti nasi yang lain," kata Fiastuti.
Selain itu, pastikan ada protein lengkap di menu sahur. Protein bisa didapat dari ikan, ayam, telur, tahu, dan tempe. Fiastuti mengatakan, boleh menggunakan minyak sedikit untuk menumis supaya menambah cita rasa makanan.
Makanan lain yang wajib dikonsumsi namun sering dilupakan adalah sayur dan buah. Mengonsumsi sayur dan buah sangat dianjurkan karena tinggi serat. Serat ini menimbulkan rasa kenyang yang lebih lama.
"Jadi kuncinya supaya kita tidak kelaparan, tidah haus, perbanyak konsumsi sayur dan buah, serat yang tinggi menimbulkan rasa kenyang," kata Fiastuti.