REPUBLIKA.CO.ID,ISLAMABAD -- Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengindikasi ia mungkin tidak akan menerima hasil pemungutan suara mosi tak percaya yang akan menurunkannya. Ia menuduh Amerika Serikat (AS) dalang dari upaya menjatuhkannya dari kekuasaan.
Partai-partai oposisi mengatakan Khan gagal membangkitkan kembali ekonomi yang terpukul pandemi virus korona dan memenuhi janjinya untuk lebih transparan dan akuntabel. Oposisi mendorong mosi tidak percaya yang pemungutan suaranya dijadwalkan pada Ahad (3/4) ini.
"Bagaimana saya bisa menerima hasilnya ketika seluruh proses didiskreditkan, fungsi demokrasi pada otoritas moral, otoritas moral apa yang tersisa dari persengkongkolan ini," kata Khan pada sejumlah wartawan asing, Sabtu (2/4).
"Langkah menggulingkan saya jelas-jelan intervensi Amerika Serikat pada politik domestik," tambahnya.
Khan menuduh AS hendak mengganti rezim di Pakistan. Ia sudah kehilangan suara mayoritas di parlemen setelah sekutu-sekutunya keluar dari koalisi pemerintah dan bergabung dengan oposisi.
Beberapa jam setelah Khan mengatakan hal ini, panglima Jenderal Qamar Javed Bajwa mengatakan Pakistan ingin memperluas hubungan dengan Washington. Presiden AS Joe Biden belum menelepon Khan sejak ia menjabat. Tapi Gedung Putih membantah ingin menggulingkannya.
"Kami berbagi sejarah panjang hubungan strategis dan sangat baik dengan Amerika Serikat, yang mana masih pasar ekspor terbesar kami," kata Bajwa di konferensi keamanan di Islamabad.
Ia mencatat Pakistan menikmati hubungan diplomatik dan bisnis yang dekat dengan Cina. (Tapi) kami ingin memperluas hubungan kami dengan kedua negara tanpa mempengaruhi hubungan kami dengan yang lainnya," kata Bajwa.
Kedutaan Besar AS di Islamabad belum menanggapi permintaan komentar.