REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei terbaru bertajuk 'Trust terhadap Institusi Politik, Isu-isu Mutakhir dan Dinamika Elektoral Jelang Pemilu Serentak 2024'. Hasilnya, tingkat kepercayaan publik partai terhadap partai politik terendah dibanding institusi lainnya.
"Partai politik itu yang trust hanya kurang lebih sekitar 54 persen, jadi sangat sedikit baik yang sangat percaya atau cukup percaya bahkan dibanding institusi yang lain, parpol tingkat trust-nya paling rendah," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi dalam paparannya secara daring, Ahad (3/4).
Sementara 42 persen lainnya menyatakan sedikit percaya atau tidak percaya sama sekali kepada partai politik. Burhanudin mengatakan, hal tersebut terjadi lantaran ada ekspektasi publik yang tidak dijalankan dengan baik oleh partai politik.
"Jadi ada ekspektasi yang tinggi kepada parpol, tetapi sebagian ekspektasi tidak bisa dijalankan secara baik oleh partai itu yang membuat trust publik terhadap partai paling rendah," ucapnya.
Namun demikian, publik tidak punya opsi lain di luar dari partai. Burhanuddin menjelaskan, bahwa partai politik merupakan institusi demokrasi yang paling krusial. Tidak ada demokrasi tanpa partai politik.
"Karenanya, partai politik adalah wajah kita. Karenanya, kita perlu untuk meng-encouragement mereka supaya lebih baik," tuturnya.
Selain itu, kepercayaan publik terhadap DPR juga terendah kedua setelah partai politik. Sebanyak, 61 persen publik menyatakan sangat percaya dan cukup percaya kepada institusi DPR. Lalu 36 persen lainnya menyatakan sedikit percaya dan tidak percaya sama sekali. Hanya 3 persen yang tidak tahu tidak menjawab.
Diikuti DPD dengan tingkat kepercayaan publik sebesar 65 persen. Kemudian MPR dengan tingkat kepercayaan publik sebesar 67 persen.
"Perlu jadi intropspeksi untuk parpol, buat DPR buat DPD, karena bagaimanapun wajah demokrasi kita itu mereka," ujarnya.
Sedangkan tingkat kepercayaan publik tertinggi diraih oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan 93 persen. Burhanuddin menjelaskan, selama 12 terakhir publik menganggap TNI berbeda dengan sebelum masa reformasi.
"(Alasan tingginya kepercayaan publik terhadap TNI) Pertama, menarik jarak dengan politik praktis, profesionalisme," ungkap Burhanudin.
Untuk diketahui survei dilakukan pada 11-21 Februari 2022. Sebanyak 1.200 responden dilibatkan dalam survei tersebut. Adapun metode penarikan sampel yang digunakan yaitu multistage random sampling dengan margin of error sampel sekitar 2,9 persen. Survei dilakukan dengan metode wawancara tatap muka.