Senin 04 Apr 2022 01:00 WIB

Ini Syaratnya Jika Diabetesi Mau Makan Manis Saat Berbuka

Diabetesi tetap harus mengonsumsi karbohidrat yang cukup.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Andi Nur Aminah
Hindari kesalahkaprahan saat berbuka puasa dengan mengonsumsi terlalu banyak makanan manis dan karbohidrat.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Hindari kesalahkaprahan saat berbuka puasa dengan mengonsumsi terlalu banyak makanan manis dan karbohidrat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada bulan puasa banyak godaan untuk para penyandang diabetes atau diabetesi. Terutama ketika berbuka puasa, banyak sekali takjil manis seperti kolak, surabi manis, es campur, es kacang merah dan berbagai gorengan. Bolehkah orang diabetesi mengonsumsi makanan dan minuman manis saat berbuka?

Menurut Ahli Gizi, Putri Sakti, untuk diabetesi, sebaiknya berhati-hati. Karena kedua jenis makanan tersebut baik gorengan yang tinggi lemak dan makanan yang tinggi pemanis, bisa meningkatkan kadar gula darah para diabetes.

Baca Juga

“Sehingga untuk takjil, usahakan untuk membatasi gorengan dan menghindari takjil yang tipikalnya tinggi gula, dan produk olahan tepung yang kaya dengan karbohidrat sederhana dan bisa meningkatkan kadar gula darah diabetesi,” ujarnya dalam kulwap yang dikutip Ahad (3/4/2022).

Dokter Putri mengatakan diabetesi tetap harus mengonsumsi karbohidrat yang cukup bahkan tidak dianjurkan kurang dari 130 gram karbohidrat setiap harinya. Namun jangan lupa prosentasenya hanya boleh diantara rentang 45 sampai 65 persen dari kebutuhan kalori kita.

Ia mengingatkan jenisnya bukan karbohidrat sederhana tapi harus yang karbohidrat kompleks dengan tinggi serat. Sehingga kontrol gula darah bisa lebih baik. Misalnya roti gandum, kentang dengan kulitnya, nasi jagung, nasi cokelat dan nasi merah. Jenis makanan ini bisa membantu kontrol gula darah bisa lebih baik.

Berbagai vitamin mineral yang ada dalam karbohidrat kompleks, dia mengatakan, juga bisa membantu metabolisme karbohirdat dalam tubuh para diabetesi. “Sehingga jangan sampai menghindari karbohidrat, karena yang dikhawatirkan diabetesi akan mengalami kondisi gula darah ngedrop atau hipoglikemia. Ini sangat berbahaya karena bisa memicu terjadinya penurunan kesadaran diabetesi,” tambahnya.

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement