Ahad 03 Apr 2022 23:57 WIB

Publik Diminta Hormati Independensi IDI Terkait Terawan

IDI diyakini miliki kepekaan terhadap risiko profesi yang sangat presisi bagi dokter.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Indira Rezkisari
Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto
Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan
Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Sultan B Najamudin meminta publik menghormati independensi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) terkait langkah pemberhentian dokter Terawan Agus Putranto dari IDI. Hal itu ia sampaikan menyikapi respons publik yang menilai pemberhentian tersebut tidak proporsional.

"Kami ingin publik tidak terlalu jauh terlibat dalam dinamika internal IDI yang secara khusus mengatur dan mengawasi prosedur dan kode etik profesi dokter. Mari kita hormati dan memberikan dukungan moral kepada semua organisasi profesi yang telah berkontribusi besar dalam proses pembangunan bangsa, khususnya IDI", kata Sultan dalam keterangan tertulisnya, Ahad (3/4/2022).

Baca Juga

Sultan menilai, selain berkomitmen dalam menjunjung tinggi nilai-nilai etik, IDI tentu memiliki pertimbangan ilmiah dalam memutuskan suatu kebijakan internal terkait kode etik profesi anggotanya. Sebagai masyarakat yang dalam kesehariannya sangat membutuhkan pelayanan dan konsultasi kesehatan dari para dokter, kita membutuhkan jaminan atas kebenaran praktek kedokteran yang berlaku umum, ilmiah sesuai dengan SOP medis dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan.

"Para dokter yang dalam profesinya sangat menentukan baik buruknya metode penyembuhan dan kondisi kesehatan masyarakat saat dan pasca pengobatan harus memiliki kesepakatan dan aturan main yang bersifat universal. IDI hadir sebagai institusi penjamin bagi kompetensi atau kapabilitas dan integritas seorang dokter dalam melayani pasien", ujarnya

Dirinya meyakini bahwa IDI memiliki kepekaan terhadap risiko keprofesian yang sangat presisi bagi para dokter. Sehingga masyarakat bisa terhindar dari malapraktek kesehatan dan dampak negatif lainnya dalam proses pengobatan.

"Terkait inovasi metode pengobatan yang dilakukan oleh dokter secara pribadi, tentu kami sangat menghargai karya dan inovasi beliau sebagai seorang dokter yang out of the box. Namun kedokteran adalah dunia ilmiah, setiap kreasi medis harus terlebih dahulu dilakukan riset dan diakui secara umum oleh profesi dokter", tuturnya.

Karena itu menurutnya IDI patut menegakan kode etik profesi secara tegas kepada anggotanya yang dinilai kurang disiplin. Ia beharap Publik dan pemerintah tidak perlu terlalu jauh menghakimi pengurus IDI saat ini.

"Gugatan publik terhadap IDI tentu sangat tidak baik bagi psikologi dan kinerja para dokter di tengah situasi yang menuntut perhatian dan konsentrasi penuh para tenaga kesehatan saat ini. Kita baru saja kehilangan ratusan tenaga kesehatan, mari kita dukung dan berikan apresiasi juga penghormatan terbaik kepada IDI dan para dokter Se-Indonesia", ungkapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement