REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dinas Perindustrian Nusa Tenggara Barat (Disperin NTB) membantu pelaku industri kecil menengah (IKM) memaksimalkan nilai ekonomi ampas minyak goreng kelapa dengan cara pengemasan vakum.
"Kalau hanya minyak saja rugi, tapi kalau satu butir kelapa itu punya diversifikasi maka bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi," kata Kepala Disperin NTB Nuryanti, di Mataram, Ahad (3/4/2022).
Menurut dia, ampas minyak goreng kelapa atau yang dalam bahasa Sasak (Suku Lombok), disebut "tain lale", dimanfaatkan oleh masyarakat lokal sebagai olahan berbagai jenis kuliner. Namun yang dijual di pasaran tidak bisa bertahan lama.
Oleh sebab itu, kata Nuryanti, upaya melakukan pengemasan vakum ampas minyak goreng kelapa dimaksudkan agar komoditas tersebut bisa memiliki masa simpan lebih lama. Upaya tersebut dilakukan bekerja sama dengan Fakultas Teknologi Pangan Universitas Mataram (Unram).
Para pakar dari perguruan tinggi negeri tersebut akan melakukan riset terkait lama penyimpanan setelah dilakukan pengemasan vakum. Proses pengemasan dilakukan di Rumah Pengemasan milik Pemerintah Provisi NTB.
"Kami butuh uji coba, ada yang disimpan seminggu, dua minggu, tiga hari, itu uji cobanya, dites juga komposisinya di laboratorium Unram," ujar Nuryati.
Selain ampas minyak goreng kelapa, kata Nuryanti, pihaknya juga mendorong pemanfaatan batok kelapa menjadi briket, air kelapa menjadi nata de coco. Begitu juga dengan serabut kelapa dimanfaatkan sebagai produk bernilai ekonomi.
Dinas Perindustrian NTB sudah menugaskan dua tenaga ahli khusus untuk mengawal proses pengolahan buah kelapa mulai dari hulu hingga hilirnya, demi mendorong produktivitas pelaku IKM dan meningkatkan nilai tambah. "Dengan membangun ekosistem dan diversifikasi produk kelapa, kami berharap sedikit demi sedikit IKM di NTB, yang berhubungan dengan olahan kelapa bisa tumbuh dan berkembang," kata dia.