REPUBLIKA.CO.ID, HELSINKI — Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin mengatakan negaranya akan memutuskan keanggotaan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pada musim semi ini. Setelah pemerintah dan anggota parlemen mengasesmen dengan hati-hati pro dan kontra bergabung dengan aliansi pertahanan itu.
Negara-negara Nordik mulai membahas kemungkinan untuk bergabung dengan NATO usai Rusia menginvasi Ukraina.
"Bergabung atau tidak bergabung merupakan pilihan yang memiliki konsekuensi, kami harus mempertimbangkan dampak jangka pendek dan panjangnya, di saat yang sama kami harus mengingat tujuan kami: memastikan keamanan Finlandia dan rakyatnya di semua situasi," kata Marin, Sabtu (2/4/2022) kemarin.
Marin mengatakan hubungan Finlandia dengan tetangganya Rusia telah berubah drastis setelah Moskow memutuskan menggelar serangan ke Ukraina bulan lalu. "Butuh banyak waktu dan pekerjaan agar kepercayaan dapat dikembalikan," katanya.
Finlandia berbagi perbatasan dengan Rusia sepanjang 1.340 kilometer. Perbatasan terpanjang anggota Uni Eropa dengan Rusia.
Sementara itu Polandia mengatakan sejak Rusia menginvasi Ukraina mereka telah mengeluarkan 625 ribu nomor identitas untuk pengungsi Ukraina. Nomor identitas yang dimiliki semua warga Polandia membuat para pengungsi mendapatkan layanan kesehatan, sekolah dan layanan negara lainnya.
Polandia merupakan negara yang paling banyak menerima pengungsi Ukraina. Baru-baru ini mereka memutuskan untuk menambah hak-hak warga Ukraina yang menghindari perang.
Sejauh ini sudah lebih dari 4 juta warga Ukraina yang terpaksa mengungsi karena perang. Lebih dari 2,4 juta diantaranya menyeberang ke Polandia. Sementara yang lainnya ke Romania, Moldova, Slovakia, dan Hungaria.