REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Direktur Utama BUMD DKI Jakarta PT Food Station Tjipinang Jaya, Pamrihadi Wiraryo, mengatakan, pihaknya saat ini masih melakukan tahap diskusi dengan Direksi Agro Jabar dan Direksi BUMD Jateng soal rencana pembuatan pabrik minyak goreng (migor). Tak hanya itu, kata dia, pembicaraan juga tengah berlangsung dengan Direksi PTPN Holding soal pasokan bahan baku migor.
“PTPN Holding akan menjadi supply bahan baku Oleinnya, dimana Olein diproduksi oleh pabriknya PTPN VIII yang ada di Semangke Sumatera Utara,” kata Pamrihadi kepada Republika, Senin (4/4).
Dia menambahkan, ide pembuatan pabrik minyak goreng itu dilakukan dengan tahapan pembuatan pabrik pengemasan minyak goreng di daerah Kendal atau Purwakarta dengan skema kerjasama operasional (KSO).
“Dimana tiga BUMD yaitu Food Station, Agro Jabar dan BUMD Jateng melakukan investasi sekaligus menjadi distributor di regional nya masing-masing,” lanjut dia.
Ditanya soal dana investasi, Pamrihadi mengaku belum bisa memberikan informasi rinci. Pasalnya, setelah penjajakan diskusi selesai dengan dua BUMD lainnya, tahap pembuatan pabrik minyak goreng akan dilakukan pengkajian lebih jauh menyoal kelayakan investasi.
“Akan dilakukan kajian investasinya,” ujar dia.
Dia menambahkan, sumber pendanaan pembuatan pabrik migor itu berasal dari dana pribadi masing-masing BUMD tiga provinsi. Menurutnya, keuntungan ke depan yang akan diambil BUMD hanya sedikit, mengingat tujuan utama adalah kestabilan harga dan ketersediaan pasokan migor.
“Belum ada kisi-kisi pagunya. Tunggu kajian,” jelas dia.
Pamrihadi menampik alasan pembuatan minyak goreng karena kelangkaan stok belaka akhir-akhir ini. Menurutnya, dasar pengusulan pabrik minyak goreng itu adalah potensi pasar migor di berbagai daerah yang memungkinkan peran BUMD dalam kestabilan harga.