Senin 04 Apr 2022 16:16 WIB

Penyebab Air Ciliwung Keruh Belum Bisa Dipastikan

Keruhnya air Sungai Ciliwung bukan terjadi akibat datangnya musim kemarau.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Andi Nur Aminah
Warga mengamati aliran sungai Ciliwung yang keruh di Bendungan Katulampa ,Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (19/1/2021). Kondisi air sungai Ciliwung menghitam karena bercampur dengan material bekas longsor dan banjir di kawasan Puncak.
Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA
Warga mengamati aliran sungai Ciliwung yang keruh di Bendungan Katulampa ,Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (19/1/2021). Kondisi air sungai Ciliwung menghitam karena bercampur dengan material bekas longsor dan banjir di kawasan Puncak.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Air Sungai Ciliwung yang keruh, menyebabkan pasokan air bersih milik Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor di beberapa daerah terganggu. Hingga saat ini, belum dipastikan penyebab dari keruhnya Sungai Ciliwung.

Direktur Utama Perumda Tirta Pakuan, Rino Indira Gusniawan, mengatakan pihaknya menemukan banyak sedimen di Ciliwung yang membuat air keruh. “Belum ada kepastian akibat apa Sungai Ciliwung keruh. Yang jelas akibat banyak sedimen di Ciliwug,” kata Rino ketika ditemui Republika.co.id di Balai Kota Bogor, Senin (4/4).

Baca Juga

Lebih lanjut, Rino mengatakan, permasalahan tingkat kekeruhan air yang terjadi di Sungai Ciliwung merupakan salah satu pekerjaan rumah yang tengah ditangani Perumda Tirta Pakuan. Ia pun memastikan, hal ini bukan terjadi akibat datangnya musim kemarau.

Di samping itu, dia menyebutkan, ada salah satu pembangunan yang dilakukan di kawasan hulu, tepatnya di wilayah Kabupaten Bogor yang menyebabkan air sungai keruh. Rino pun tidak bisa menyebutkan di titik mana saja kekeruhan terjadi. Sebab dalam pantauannya air Sungai Ciliwung keruh di sepanjang alirannya. 

“Bukan (kemarau). Lebih ke arah pembangunan di hulu. Keruhnya di sepanjang aliran Sungai Ciliwung saja. Hampir rata,” imbuhnya.

Diketahui, kondisi Sungai Ciliwung saat ini mengalami tingkat kekeruhan dan lumpur yang cukup tinggi. Akibatnya, pasokan air bersih di wilayah timur dan utara Kota Bogor pun terganggu.

Rino memaparkan, mengatakan tingkat kekeruhan air yang sampai ke pengolahan air bersih bisa mencapai 5.000 hingga 6.000 NTU. Padahal, skala normal kekeruhan air berada di angka 100 NTU.

Menurutnya, debit sungai yang membawa lumpur itu sangat memengaruhi sistem pengolahan air bersih di IPA Katulampa. Untuk mengejar kualitas yang tetap baik sampai ke pelanggan, Perumda Tirta Pakuan harus menurunkan sedikit debit di pengolahan. 

“Kalau normal itu air yang dikonsumsi 1 NTU jadi bening. Kalau yang kita olah itu paling 100 NTU. 5.000 sampai 6.000 NTU itu pekat banget sudah seperti kopi. Coklat banget. Luar biasa pokonya. Parah,” ujarnya.

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement