Senin 04 Apr 2022 17:57 WIB

Epidemiolog: PTM 100 Persen Bukan Berarti Kelas Diisi Penuh

Epidemiolog mengingatkan PTM 100 persen tetap berjalan dengan pembatasan.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Reiny Dwinanda
Seorang Guru (kiri) memberikan materi pembelajaran kepada sejumlah murid SMP 29 di Bekasi, Jawa Barat, Senin (4/4/2022). Dinas Pendidikan Kota Bekasi sudah mengizinkan SD dan SMP di wilayah tersebut menjalani PTM (Pembelajaran Tatap Muka) dengan kapasitas 100 persen murid dengan protokol kesehatan Covid-19. PTM 100 persen tidak berarti kelas diisi penuh.
Foto: ANTARA/Fakhri Hermansyah
Seorang Guru (kiri) memberikan materi pembelajaran kepada sejumlah murid SMP 29 di Bekasi, Jawa Barat, Senin (4/4/2022). Dinas Pendidikan Kota Bekasi sudah mengizinkan SD dan SMP di wilayah tersebut menjalani PTM (Pembelajaran Tatap Muka) dengan kapasitas 100 persen murid dengan protokol kesehatan Covid-19. PTM 100 persen tidak berarti kelas diisi penuh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengingatkan bahwa pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen tidak berarti kelas akan diisi penuh. Ia mengatakan, meski kapasitas sudah 100 persen, pembatasan tetap ada.

"Kalau bicara PTM 100 persen bukan berarti langsung (diisi) satu kelas penuh, harus tetap ada pembatasan, bisa digilir pagi dan sore atau dibagi jadi dua kelas," ujar Dicky saat dihubungi Republika.co.id, Senin (4/4/2022).

Baca Juga

Dicky meminta strategi PTM disesuaikan dengan kemampuan dan situasi setempat. Kebijakan ini tak bisa disamaratakan, antardaerah bisa berbeda.

Di sisi lain, Dicky mengingatkan kebijakan ini relatif rentan untuk diterapkan dengan adanya varian baru virus penyebab Covid-19. Ia mengingatkan, PTM di sekolah bisa dilakukan ketika situasi melandai atau membaik. Ini menjadi prinsip dasar dalam pengendalian pandemi.

"Tetapi sekarang faktanya banyak kasus infeksi gelombang omicron, yaitu omicron subvarian BA.2. Tak hanya itu, banyak kasus infeksi di rumah," ujarnya.

Bahkan, menurut Dicky, banyak pekerja pelayanan publik yang sebelumnya terlindungi meski varian alfa dan delta menyebar, kini jadi tertular dari anaknya. Dicky meminta masalah ini yang harus dipahami sehingga mitigasi jadi penting.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement