Kamis 07 Apr 2022 12:54 WIB

Cahaya di Ujung Terowongan Gelap Aleix

Aleix Espargaro nyaris ingin mengakhiri kariernya di MotoGP.

Red: Endro Yuwanto
Pembalap MotoGP dari tim Aprilia Racing, Aleix Espargaro.
Foto: ANTARA/Andika Wahyu
Pembalap MotoGP dari tim Aprilia Racing, Aleix Espargaro.

Oleh : Endro Yuwanto/Jurnalis Republika

REPUBLIKA.CO.ID, Usai melewati garis finis di Sirkuit Termas de Rio Hondo, Argentina, Ahad, 3 April 2022, pembalap tim Aprilia Aleix Espargaro, menepikan motornya dari lintasan. Beberapa detik kemudian, masih di atas motornya, Aleix menundukkan kepala. Bahunya terguncang menahan isak tangis.

Tangisan Aleix seolah seperti pelepasan beban yang mungkin selama ini menghimpit perjalanan kariernya di MotoGP. Pada hari itu, Aleix mencetak sejarah untuk dirinya sendiri dan juga tim Aprilia yang dibelanya usai menjadi juara MotoGP Argentina.

Dalam balapan di Sirkuit Termas de Rio Hondo, Aleix menempati posisi start terdepan. Pembalap berusia 32 tahun itu berhak atas pole position setelah menorehkan waktu tercepat pada sesi kualifikasi.

Selepas start, Aleix kehilangan posisi terdepan. Ia disalip pembalap Pramac Ducati Jorge Martin sebelum memasuki tikungan pertama. Meski begitu, Aleix terus menempel ketat Jorge Martin yang menggeber motor Ducati Desmosedici GP22.

Memasuki lap-lap akhir, persaingan sengit terjadi antara Aleix dan Jorge Martin. Hingga akhirnya, Aleix yang berhasil memenangkan balapan 25 lap di MotoGP Argentina.

Pembalap asal Spanyol itu menorehkan waktu 41 menit 36,198 detik. Aleix unggul hingga 0,807 detik atas Jorge Martin yang harus puas meraih podium kedua.

Selama 200 kali balapan di MotoGP, baru kali ini Espargaro finis terdepan dan meraih podium pertama. Bayangkan 200 balapan! 200 balapan tanpa sekalipun mencicipi gelar juara di pentas balap motor paling bergengsi sejagat. Tentu, sangat sulit menemukan pembalap dengan kesabaran amat besar dan mental baja seperti itu.

Mengawali karier di MotoGP pada 2009 silam, Aleix memang tak pernah sekalipun mampu finis terdepan. Padahal, ia memperkuat lima tim berbeda, mulai dari Pramac Racing, Power Electronics Aspar, NGM Forward, Suzuki Ecstar, hingga Aprilia Racing. Sebelum di MotoGP, sepanjang karier balapnya sejak 2004 di kelas 125cc dan 250 cc, Aleix pun belum pernah merasakan kebanggaan menjadi juara.

Sepanjang kariernya di kelas MotoGP, Aleix hanya tiga kali meraih pole position. Meski begitu, pembalap yang hobi bersepeda ini merebut pole position dengan tiga motor berbeda. Pole position pertama ia raih pada 2014 dengan menggunakan Forward Yamaha. Kemudian, ia meraih pole position kedua pada 2015 dengan menggeber Suzuki.

Pada 2022, dengan mengendarai Aprilia RS-GP, Aleix merebut pole position ketiga. Dengan capaian seperti itu, Aleix menjadi pembalap era MotoGP pertama yang bisa merebut pole position dengan tiga merek motor berbeda.

Selain tiga kali pole position, kenangan terbaik Aleix adalah sekadar podium yang diraihnya di Catalunya pada 2011, Aragon 2014, dan Silverstone 2022. Itu belum termasuk melihat adiknya, Pol Espargaro menjadi juara dunia Moto2 pada 2013 dan kini menjadi rekan setim Marc Marquez di tim Repsol Honda.

Kemenangan perdana di Termas de Rio Hondo tentu pantas menjadi kenangan terbaik dalam hidup Aleix. Kemenangan itu tak lepas dari salah satu karakternya sebagai seorang pekerja keras. Semua momen sulit yang dilaluinya, hingga membuatnya hampir keluar dari MotoGP, terbayar lunas dengan podium tertinggi.

Aleix secara jujur mengungkapkan bahwa ia nyaris ingin mengakhiri kariernya di MotoGP. Ia bahkan hampir ingin membelot dari MotoGP ke World Superbike (WSBK) akibat tak pernah bisa tampil kompetitif bersama tim Aprilia.

Aprilia memang tergolong baru di MotoGP. Tim pabrikan Italia itu baru bergabung di kelas raja dari para raja tersebut pada 2015. Saat itu, Aleix masih memperkuat tim Suzuki. Ia pindah ke Aprilia dengan misi besar untuk memperbaiki kariernya pada tahun 2017. Namun itu tak semudah membalikkan telapak tangan.

Aleix membutuhkan waktu bertahun-tahun lagi untuk mengembangkan diri, motor, serta timnya. Ibarat melihat cahaya di ujung terowongan gelap, setelah menang di MotoGP Argentina, Aleix semakin termotivasi untuk meraih lebih banyak kemenangan bersama Aprilia. Apalagi hingga seri ketiga MotoGP musim ini di Argentina, Aleix mampu menduduki puncak klasemen sementara pembalap.

Di awal musim MotoGP 2022 seiring aksi dan tingkahnya, mulai dari lempar helm untuk penonton di MotoGP Indonesia hingga menang di MotoGP Argentina, Aleix pun menjadi bahan perbincangan luas, terutama para penggemar MotoGP di Indonesia.

Hal tersebut lantaran Aleix sangat aktif di media sosial dan berinteraksi dengan para penggemar MotoGP yang mayoritas berasal dari Indonesia. Dua pekan lalu, Aleix sempat membuat nazar bahwa ia akan melempar helm ke penonton di Sirkuit Mandalika, Indonesia, andai pengikut di akun Instagram miliknya tembus satu juta. Nazar itu akhirnya ditunaikannya di Mandalika dan selanjutnya ia menuai prestasi fenomenal di MotoGP Argentina.

Aleix, seperti dilansir dari Crash, Senin, 4 April 2022, mengaku sangat senang memenangkan balapan. Tetapi secara pribadi, ia menyatakan tidak ada yang benar-benar berubah dalam hidupnya.

"Saya orang yang sangat beruntung dan pekerjaan saya adalah hasrat saya. Saya memiliki keluarga impian dan saya punya semua yang bisa diimpikan oleh seorang pria. Kemenangan tidak banyak mengubah hidup saya. Tetapi bagi semua orang di Aprilia, ini adalah langkah besar," ucap Aleix.

Mungkin kemenangan itu memang tak akan banyak mengubah sosok Aleix Espargaro sebagai seorang pembalap. Namun, kesabaran, ketekunan, determinasi, dan kerja kerasnya yang terbayar lunas bisa menjadi cerminan bagi siapa saja yang mau belajar. Tak ada kesuksesan yang bisa digapai dengan cara instan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement