REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Ahmad Zubaidi, juga menjelaskan, Allah SWT melipatgandakan pahala dari amal ibadah yang dilakukan seorang Muslim selama Ramadhan. Dalam sebuah hadits, dikatakan bahwa seluruh amalan-amalan yang wajib itu dilipatgandakan menjadi 70 kali lipat, dan amalan sunnah dianggap seperti amalan wajib.
"Ini luar biasa. Kita mengerjakan sholat Zuhur itu pahalanya dilipatgandakan 70 kali lipat dari hari-hari biasa. Kita bersedekah sunnah seperti kita berzakat. Maka tentu harus kita manfaatkan bulan Ramadhan ini, di mana Allah SWT mengobral pahala dengan amaliyah-amaliyah yang sedikit tetapi pahalanya banyak," jelasnya.
Kiai Zubaidi menambahkan, amalan apapun yang dilakukan di bulan Ramadhan akan dilipatgandakan, termasuk sedekah. Rasulullah SAW telah mencontohkan, beliau adalah orang yang paling dermawan, dan lebih dermawan lagi pada bulan suci Ramadhan. "Maka kita contoh perbuatan kanjeng Nabi SAW," ucapnya.
Kedermawanan, lanjut Kiai Zubaidi, juga sebagai hikmah dari puasa di mana umat Muslim menahan rasa lapar dan dahaga. Ketika memiliki empati dan simpati kepada orang-orang yang punya kekurangan, susah dan lapar, maka seiring dengan itu seorang Muslim yang berkecukupan harus membantu mereka dengan infak dan sedekah.
"Tidak lucu, kalau kita sudah merasakan tidak enaknya tidak makan, lalu kita tidak punya simpati dan solidaritas. Jadi ini sebagai pengejawantahan pada puasa kita. Terapkan dan miliki rasa simpati kepada mereka yang kekurangan," kata dia.
Kiai Zubaidi mengatakan, Rasulullah SAW juga menganjurkan umatnya memberikan hidangan berbuka puasa kepada orang-orang yang berpuasa meski dengan sebutir kurma. Itu pahalanya luar biasa. Sebagai solidaritas sesama muslim, siapkanlah hidangan berbuka untuk orang-orang yang berpuasa. Pahalanya sama dengan orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahalanya. "Karena ada pahala lain yang datang dari Allah SWT," ucapnya.