Selasa 05 Apr 2022 11:28 WIB

Shanghai Perpanjang Lockdown di Tengah Lonjakan Kasus Covid-19

Shanghai memperpanjang peraturan pembatasan sosial di sektor transportasi

Rep: Lintar Satria / Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua, seorang pekerja medis dari Provinsi Zhejiang mengambil sampel swab dari seorang penduduk untuk tes asam nukleat di tempat pengujian COVID-19 di Distrik Pudong, Shanghai, Tiongkok timur, Senin, 28 Maret 2022.
Foto: AP/He Zhongming/Xinhua
Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua, seorang pekerja medis dari Provinsi Zhejiang mengambil sampel swab dari seorang penduduk untuk tes asam nukleat di tempat pengujian COVID-19 di Distrik Pudong, Shanghai, Tiongkok timur, Senin, 28 Maret 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Kota Shanghai memperpanjang peraturan pembatasan sosial di sektor transportasi, Selasa (5/4/2022). Satu hari setelah tes massal yang menemukan lebih dari 13 ribu kasus baru, menunjukkan belum ada tanda-tanda karantina total atau lockdown di pusat keuangan dunia itu akan dicabut.

Setelah menggunakan pendekatan tahap demi tahap dalam menahan laju penyebaran virus Corona, Shanghai mulai memberlakukan lockdown dua lapis pekan lalu. Tapi pemerintah masih tetap kesulitan menahan gelombang wabah terburuk sejak pandemi.

Baca Juga

Pemerintah awalnya menjadwalkan untuk mencabut lockdown di distrik-distrik sebelah selatan kota pada Selasa ini. Tapi kemudian peraturan tersebut diperpanjang sampai pemberitahuan berikutnya.

Melalui saluran di aplikasi kirim pesan WeChat, pemerintah Shanghai melaporkan pada 4 April kemarin kasus infeksi Covid-19 tanpa gejala bertambah 13.086. Naik dari hari sebelumnya yang sebanyak 8.581. Angka ini didapatkan setelah pemerintah menggelar tes massal pada 25 juta warga kota.

Sementara kasus infeksi dengan gejala turun dari 425 kasus pada Ahad (3/4) menjadi 268 pada Senin kemarin. Pakar menilai rendahnya angka kasus dengan gejala dibanding standar global disebabkan aktifnya pemerintah Cina dalam melakukan pemeriksaan.

Pemerintah pusat mengirimkan 38 ribu personel kesehatan ke Shanghai dalam apa yang media setempat gambarkan sebagai operasi kesehatan publik terbesar di seluruh negeri sejak virus korona muncul di Wuhan pada awal 2020 lalu. Pihak berwenang melanjukan penutupan jaringan transportasi publik.

Wakil Perdana Menteri China Sun Chunlan yang bertanggung jawab dalam penanggulangan pandemi Covid-19 mengatakan saat ini kerja pengendalian dan prevensi berada di "titik terpenting" dan sangat penting setiap warga dites.

Sebagai warga masih tidak nyaman dengan kebijakan keras Shanghai dalam mengatasi pandemi. Di video yang dibagikan di media sosial, Sun mendesak organisasi akar rumput partai untuk "melakukan semua yang mungkin" untuk membantu warga mengatasi masalah mereka.

Pakar di luar Cina memperingatkan kerugian yang ditimbulkan peraturan pembatasan sosial yang ketat di Shanghai.

"Apa yang paling mencolok di Shanghai adalah kesulitan pemerintah dalam menangani logistik, terutama kondisi di fasilitas karantina yang tersentralisasi," kata pakar Cina di perusahaan konsultan Eurasia Group, Michael Hirson.

"Mengingat Shanghai memiliki pemerintahan yang sangat kompeten, masalah saat ini menjadi peringatan bagi pemerintah daerah di seluruh Cina di mana kemampuannya tidak setinggi Shanghai dan wabah besar dapat menekan sumber daya mereka sampai batasnya," tambah Hirson.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement