Selasa 05 Apr 2022 12:16 WIB

AS dan Eropa Siapkan Sanksi Bagi Rusia karena Korban Sipil Bertambah

Sekutu Barat akan menyepakati sanksi baru buat Rusia dalam beberapa hari ke depan

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Relawan mengumpulkan mayat warga sipil yang terbunuh, di Bucha, dekat Kyiv, Ukraina, Senin, 4 April 2022. Sekutu Barat akan menyepakati sanksi baru buat Rusia dalam beberapa hari ke depan karena korban sipil bertambah.
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Relawan mengumpulkan mayat warga sipil yang terbunuh, di Bucha, dekat Kyiv, Ukraina, Senin, 4 April 2022. Sekutu Barat akan menyepakati sanksi baru buat Rusia dalam beberapa hari ke depan karena korban sipil bertambah.

REPUBLIKA.CO.ID, LVIV - Amerika Serikat (AS) dan Eropa pada Selasa (5/4/2022) berencana menjatuhkan sanksi baru kepada Rusia atas pembunuhan warga sipil di Ukraina, sementara Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan jumlah korban yang ditemukan mungkin akan bertambah.

Pasukan Rusia ditarik dari kota-kota di sebelah utara ibu kota Kiev pekan lalu untuk difokuskan ke wilayah selatan dan timur Ukraina. Pasukan Ukraina merebut kembali kota-kota yang diduduki Rusia selama hampir enam pekan, termasuk Bucha, di mana banyak mayat warga sipil tergeletak di jalan-jalan.

Baca Juga

Foto-foto mengejutkan tentang kuburan massal di Bucha dan mayat orang-orang dengan tangan terikat dan lubang peluru di kepala mengundang kemarahan internasional pada Senin. Presiden AS Joe Biden mendesak sebuah pengadilan kejahatan perang terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin. AS, Jerman, dan Prancis juga mengancam Moskow dengan sanksi-sanksi baru.

Rusia membantah tuduhan apa pun terkait pembunuhan warga sipil. Mereka mengatakan akan memperlihatkan "bukti empiris" di sidang Dewan Keamanan PBB pada Selasa untuk membuktikan bahwa pasukan Rusia tidak terlibat.

Dalam pidato lewat video Selasa pagi, Zelenskyy mengatakan dia juga akan berbicara di depan Dewan Keamanan pada Selasa untuk mencari dukungan bagi penyelidikan di Bucha. "Dan ini hanya satu kota. Salah satu dari banyak komunitas di Ukraina yang pernah diduduki Rusia," kata Zelenskyy.

"Sekarang, ada informasi bahwa di Borodyanka dan beberapa kota Ukraina lain yang dibebaskan, jumlah korban jiwa selama pendudukan mungkin lebih banyak lagi," kata dia, merujuk pada sebuah kota berjarak 25 km dari barat Bucha.

AS mengatakan akan mendorong penangguhan keanggotaan Rusia dari Dewan HAM PBB atas pembunuhan di Bucha, seraya menyebut partisipasi Moskow di dewan itu sebagai "lelucon". Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan dirinya telah berbicara dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres tentang Bucha. Kuleba menekankan bahwa Ukraina akan menggunakan semua mekanisme PBB yang tersedia untuk mengumpulkan bukti dan meminta Rusia bertanggung jawab.

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan pada Senin bahwa Putin dan pendukungnya akan "merasakan akibat" dari peristiwa di Bucha dan bahwa sekutu Barat akan menyepakati sanksi baru buat Rusia dalam beberapa hari ke depan. Penasihat keamanan nasional Biden, Jake Sullivan, mengatakan sanksi baru AS terhadap Moskow akan diumumkan pekan ini.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan mereka mendukung tim penuntut dan pakar internasional untuk mengumpulkan dan menganalisis bukti kekejaman. Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht mengatakan Uni Eropa harus membahas larangan gas Rusia, meskipun sejumlah kalangan mengingatkan kemungkinan saksi itu akan memicu krisis energi di Eropa.

Gas Rusia menyumbang sepertiga kebutuhan Eropa dan Putin berusaha menggunakan energi sebagai senjata untuk menyerang balik sanksi Barat. Namun, Rusia tetap menjaga aliran gasnya lewat jalur pipa utama ke Eropa, meskipun ada ketidakjelasan tentang tuntutan Putin agar gas Rusia dibayar dengan rubel.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement