REPUBLIKA.CO.ID, KUWAIT -- Setiap negara memiliki tradisi dan adat istiadat masing-masing dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Seperti halnya di Kuwait, tradisi Ramadhan yang sempat dijeda akibat pandemi kini sudah bisa berlenggang kembali.
Kuwait telah bertransformasi begitu cepat, dari negara terpencil untuk memancing dan menyelam mutiara menjadi negara modern yang makmur. Perubahan ini juga mengubah banyak tradisi lokal.
Transformasi Kuwait menjadi negara modern sedikit mengubah tradisi lokal yang ada. Misalnya, tradisi Daq al-harees (menghancurkan gandum) ketika Ramadhan, tradisi membangunkan sahur dengan genderang, atau berkumpul bersama keluarga selepas buka puasa yang tergantikan dengan pergi ke mal dan kedai kopi.
Namun demikian, masih ada beberapa tradisi Ramadhan Kuwait yang bertahan, di antaranya sebagai berikut, seperti dilansir di Kuwait Times.
Graish
Graish adalah pesta tradisional pra-Ramadhan yang digelar anggota keluarga bersama para tetangga untuk berkumpul, berpesta sebelum awal bulan puasa. Di masa lalu, para ibu rumah tangga akan mengosongkan lemari makanan di rumah mereka dari makanan yang biasanya tidak dimakan di bulan Ramadhan, dan keluarga besar akan berkumpul untuk mengambil bagian dalam potluck (makan bersama). Hari-hari ini makanan biasanya dipesan dari restoran dan pertemuannya lebih kecil, tetapi tradisi itu terus berlanjut.
Girgian
Girgian dilakukan setiap tanggal 13, 14 dan 15 Ramadhan, di mana anak-anak akan mengumpulkan permen dan kacang dari pintu ke pintu. Kini tradisi Girgian sedikit diubah dengan sesuatu yang lebih mewah.
Anak-anak tidak lagi meminta permen dan kacang sederhana, tetapi digantikan oleh cokelat gourmet dan kacang eksotis yang disimpan dalam tas dan kantong bermerek yang seringkali lebih mahal daripada isinya. Orang tua juga membuat tas terpisah dengan nama anak-anak mereka tercetak di atasnya, dan mencoba mengalahkan keluarga lain dalam membuat wadah yang paling eksklusif.