REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Masjid Al Imtizaj di Jalan ABC Kota Bandung memiliki keunikan dari sisi arsitektur. Bangunan ini memanfaatkan bangunan bekas mal dan memiliki gaya arsitektur Tionghoa.
Masjid tersebut berada di area perkantoran dan perdagangan sehingga tiap memasuki waktu sholat, shaf sholat penuh dengan jamaah. Jamaah yang memasuki gerbang masjid akan disuguhi arsitektur Tionghoa.
Ornamen khas Tionghoa dari bangunan masjid, yaitu warna merah dan kuning namun dominan merah. Area luar dan ruang sholat juga dihiasi lampion.
Salah seorang pengurus Masjid Al Imtizaj, Anen, mengatakan masjid tersebut dibangun pada 2008 dan selesai pada 2010. "Tadinya bekas Matahari Mal. Pak Nuriana (mantan gubernur Jawa Barat Nuriana) sebagai penggerak," katanya, Selasa (5/4/2022).
Anen mengatakan kapasitas masjid yang memiliki dua lantai tersebut dapat menampung jamaah hingga 200 orang. Ia menuturkan aktivitas di masjid tersebut salah satunya adalah tempat bagi warga yang ingin menjadi mualaf. Namun, saat ini mereka yang ingin menjadi mualaf dan bersyahadat di masjid relatif jarang.
"Tadinya mualaf, yang ingin masuk Islam," katanya.
Selama bulan puasa Ramadhan 1443 Hijriyah, ia menyelenggarakan kegiatan tarawih, buka bersama, dan takjil. Namun selama masa pandemi yang berlangsung dua tahun terakhir, aktivitas selama bulan Ramadhan dikurangi. Hal itu mengacu kepada kebijakan pemerintah tentang penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).