REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier mengakui kesalahan dalam kebijakan terhadap Rusia dalam pekerjaan sebelumnya. Dia sempat menjabat sebagai menteri luar negeri dan kepala staf Kanselir Jerman ketika membuat hubungan yang dekat dengan Rusia.
"Kami gagal dalam banyak hal, termasuk upaya untuk mendorong Rusia menuju demokrasi dan menghormati hak asasi manusia," ujar Steinmeier kepada siaran televisi ZDF.
Steinmeier menjabat dua kali sebagai menteri luar negeri dalam era kepemimpinan Kanselir Angela Merkel dari 2013 hingga 2017. Sebelum itu, dia menjabat sebagai kepala staf Kanselir Gerhard Schroeder.
Pada waktu menjabat posisi tersebut, Jerman melakukan dialog dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Pada kesempatan itu, Berlin memupuk ikatan energi yang erat dengan Moskow.
Presiden Jerman itu mengakui, bahwa ada penilaian yang berbeda tentang Rusia di antara negara-negara Eropa. "Memang benar bahwa kita seharusnya menanggapi peringatan mitra Eropa timur kita dengan lebih serius, terutama mengenai waktu setelah 2014 dan pembangunan pipa gas Nord Stream 2," ujarnya.
Menurut Steinmeier, berpegang teguh pada proyek itu adalah kesalahan yang merugikan banyak kredit dan kredibilitas Jerman di Eropa timur. Kanselir Jerman saat ini Olaf Scholz memutuskan menangguhkan jalur pipa gas itu pada pekan saat Rusia menginvasi Ukraina.