Polisi Periksa 11 Saksi dan CCTV Dalami Kejahatan Jalanan di Gedong Kuning
Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Warga membubuhkan tanda tangan pada kain saat pernyataan sikap Aksi Warga Jogja Lawan Klitih di kawasan Titik Nol KM, Yogyakarta. Aksi yang digagas oleh Garda Umat DIY itu mendesak aparat penegak hukum agar menindak tegas para pelaku klitih atau kejahatan jalanan. | Foto: ANTARA/Andreas Fitri Atmoko
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepolisian masih terus mendalami kejahatan jalanan yang mengakibatkan meninggalnya seorang pelajar di SMA Muhammadiyah 2 Kota Yogyakarta bernama Daffa Adzin Albasith (18). Beberapa saksi pun juga sudah dimintai keterangan.
Dirreskrimum Polda DIY, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi mengatakan, pihaknya sudah memeriksa setidaknya 11 saksi. Selain itu, pihaknya juga melakukan pendalaman kasus tersebut melalui CCTV.
"Setelah melakukan pemeriksaan saksi-saksi, kami juga mendalami dan menelusuri jejak-jejak apakah ada rekaman jejak dari CCTV. Setidaknya ada sembilan CCTV yang sudah kami dapatkan dan saat ini sedang dalam proses analisis untuk pendalaman," kata Ade di Polresta Yogyakarta, Selasa (5/4/2022).
Kejadian tersebut berawal dari saling ejek dan ketersinggungan antara kelompok pelaku dengan kelompok korban, Ahad (3/4/2022) lalu. Berdasarkan keterangan saksi, katanya, kelompok korban terdiri dari delapan orang yang mengendarai lima kendaraan roda dua.
Ade menyebut, kelompok korban bermaksud ingin mengetes kendaraan dengan kecepatan tinggi di jalur cepat di Jalan Ringroad Selatan. Kelompok korban melewati kelompok korban yang mengendarai dua motor dan terdiri dari lima yang ada di jalur lambat.
Karena suara bising knalpot dari kelompok korban, kelompok pelaku merasa tersinggung. "Jadi mereka (kelompok pelaku) ngegas juga, lima motor ini (merasa) seperti diikuti. Ini keterangan dari tujuh orang temannya ini," ujar Ade.
Kelompok korban pun berbelok menuju Jalan Imogiri dan merasa sudah tidak diikuti. Kelompok korban pun mengarah ke sebuah warmindo yang ada di Jalan Gedong Kuning, Kotagede untuk mencari makan.
Disana, sebagian dari kelompok korban sudah turun untuk memesan makanan dan sebagian lainnya masih proses untuk memarkir kendaraan. Saat itu, kelompok pelaku melewati korban sambil membleyer dan berkata kasar.
"Kelompok pelaku lewat di sebelahnya dengan mengegas atau membleyer dengan mengatakan asu bajingan. Hal ini memicu kelompok korban berupaya mengejar dengan kecepatan tinggi," jelasnya.
Saat proses pengejaran, ternyata kelompok pelaku berhenti dan menunggu kedatangan kelompok korban. Salah satu pelaku yang membawa senjata turun dari motor dan mencoba menyabet kelompok korban.
"Salah satu di antara lima orang yang diduga kelompok pelaku turun, berdasarkan keterangan saksi itu membawa alat seperti gir yang sudah diikat dengan kain," tambahnya.
Motor pertama yang dikendarai kelompok korban pun tidak terkena ayunan gir yang dilayangkan pelaku karena motor yang dikendarai berkecepatan tinggi. Sedangkan, motor kedua tidak bisa mengelak dan terkena sabetan senjata tajam.
Pengendara dari motor kedua milik kelompok korban ini selamat, namun nahas pembonceng yakni Daffa Adzin Albasith terkena sabetan. "Karena kecepatan tinggi, tidak jauh dari situ akhirnya motor korban belok ke arah timur dan korban terjatuh disitu," kata Ade.
Tidak selang berapa lama, petugas dari Polda DIY yang tengah melakukan patroli menemukan korban yang terluka. Pihak kepolisian pun langsung melakukan pertolongan terhadap korban dengan membawa ke RSPAU dr.S. Hardjolukito sekitar pukul 02.10 WIB.
"Setelah ditangani di rumah sakit, korban meninggal dunia jam 09.30 WIB Ahad pagi," katanya. Saat ini, pihak kepolisian masih terus melakukan pencarian terhadap pelaku. Selain itu, juga sudah diidentifikasi dua motor yang digunakan oleh kelompok pelaku.
"(Pelaku) Belum (tertangkap), tapi sudah teridentifikasi dua motor kelompok pelaku diduga Vario dan Nmax dari keterangan saksi yakni teman korban," ujar dia.
Sementara itu, tujuh orang dari teman korban tidak seluruhnya merupakan teman sekolah. Ada beberapa yang merupakan teman acak. Ade menuturkan, pihaknya juga masih terus mendalami adanya kemungkinan bahwa pelaku dan korban saling kenal.
Meskipun begitu, hingga saat ini belum ditemukan fakta bahwa antara kelompok pelaku dan korban ini saling kenal. "Masih kita dalami terus, sampai saat ini belum ada fakta seperti itu. (CCTV) Sedang dalam proses analisis sampai hari ini karena kan harus diteliti satu per satu," katanya.