REPUBLIKA.CO.ID, BUKITTINGGI--Kota Bukittinggi di Sumatra Barat memiliki sederet keunggulan dibanding daerah lainnya. Bukittinggi kaya dengan keanekaragaman budaya, sejarah, wisata hingga kuliner.
Salah satu kuliner yang sudah terkenal sampai ke penjuru dunia dari Kota Bukittinggi adalah Rujak Sutan Mudo. Rujak Sutan Mudo juga dapat menjadi opsi jajanan saat ngabuburit di bulan Ramadhan.
Rujak Sutan Mudo sudah ada sejak zaman sebelum Indonesia merdeka. Rujak ini dipertahankan setelah tiga generasi. Sehingga tidak mengherankan kalau Rujak Sutan Mudo sudah punya banyak penggemar.
"Yang pesan rujak ke kami, ada yang dari Jerman, Belanda, Islandia, Brasil, Afrika Selatan, dan banyak lagi," kata Sutan Mudo, yang kini mengelola Rujak Sutan Mudo di Panorama Bukittinggi.
Sutan Mudo mengatakan dirinya baru mematenkan nama rujak ini dengan namanya sejak 2005. Sebelumnya, rujak ini bernama rujak panorama karena letak kedainya di dekat panorama Ngarai Sianok Bukittinggi.
Sutan Mudo menyebut resep rujak yang ia buat sudah turun temurun sejak kakeknya. Kakeknya sudah berjualan rujak saat Indonesia masih dijajah Belanda.
Sehingga rujak mereka ini sudah sering dikonsumsi oleh orang-orang dari mancanegara sejak zaman kolonial. Ketika Indonesia sudah merdeka, Kota Bukittinggi yang punya magnet pariwisata juga kerap dikunjungi turis dari luar negeri. Sehingga eksistensi rujak Sutan Mudo di dunia internasional tetap bagus.
Karena lokasi rujak mereka ini mudah ditemukan. Yakni di seberang panorama Ngarai Sianok dan juga Lubang Jepang.
Sutan Mudo mengatakan selain dibawa oleh wisatawan ke luar negeri, bumbu rujak yang ia buat juga kerap dipesan oleh perantau Indonesia yang bekerja di kedutaan.
"Bagi penggemar rujak, rujak Sutan Mudo ini sudah tidak asing lagi. Sudah sering rujak kami ini diulas media-media asing. Terakhir yang saya ingat kami diwawancarai media Malaysia dan media dari Swiss," ujar Sutan Mudo.
Rujak Sutan Mudo ini dapat makan di tempat dan juga dibungkus. Satu porsi ruka ini dipatok dengan harga Rp 18 ribu. Untuk pemasaran keluar negeri, yang dijual hanya bumbu-nya saja.
Sutan Mudo sudah membuat bumbunya dengan kemasan modern. Di mana bumbu rujak ini sudah dipaketkan ke dalam botol. Bumbu rujak ini akan tahan lama bila pembeli meletakkannya di dalam kulkas.
Bumbu rujak Sutan Mudo yang sudah dikemas ini ada dua ukuran. Yakni ukuran besar dan kecil. Untuk ukuran besar dipatok Rp 30- Rp 32 ribu. Untuk yang lebih pedas berharga Rp 32 ribu. Sedangkan yang level sedang Rp 30 ribu.
Ada juga yang kemasan kecil yang dipatok Rp 20 ribu sampai Rp 22 ribu. Tergantung level pedas yang diinginkan konsumen.
Sutan Mudo mengatakan rujak adalah makanan khas Indonesia yang digemari oleh warga asing. Karena rujak ini dibuat dari bahan baku aneka buah-buahan yang tidak perlu dimasak. Yang dimasak hanyalah kacang untuk bumbu rujak. Selebihnya merupakan bahan alami.
Sutan mudo menyebut buah yang ia pakai untuk bahan rujak ialah jambu air, kedondong, bengkoang, nanas, ubi jalar, pepaya muda, timun, dan mangga muda. Untuk gula aren bahan baku bumbu rujak, Sutan Mudo hanya memakai gula aren dari daerah Payakumbuh dan Lima Puluh Kota. Karena aren dari daerah tersebut yang paling cocok dijadikan bumbu rujak.
"Buahnya saya dapatkan di pasar-pasar tradisional Bukittinggi," ujar Sutan Mudo.
Rujak Sutan Mudo ini mampu melayani pembeli sebanyak ratusan porsi setiap hari. Tapi sejak pandemi, penjualan mereka mengalami penurunan hingga 50 persen.
Sutan Mudo bersyukur walau pandemi, dirinya masih tetap bisa berjualan. Dia juga membarengi penjualan dengan memanfaatkan pasar online. Berhubung produknya sudah terdaftar di Kementerian Hukum dan Ham, Sutan Mudo memasarkan rujaknya melalui berbagai platform media sosial dan juga aplikasi online shop. Di antaranya memasarkan melalui Shopee.
Seorang konsumen Rujak Sutan Mudo, Fuadi Zikri, mengatakan rujak Sutan Mudo punya perbedaan dari rujak yang lain. Yakni bumbunya yang kental dan pas di lidah. Selain itu Fuadi gemar mendatangi rujak Sutan Mudo karena letaknya yang nyaman di dekat Panorama Ngarai Sianok.
"Di hari-hari biasa, saya ke sini makan rujak sambil menikmati sejuknya Kota Bukittinggi. Sekarang saya pesan untuk menu berbuka puasa," ujar Fuadi.