REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Intelijen militer Inggris mengatakan serangan udara dan gempuran pasukan Rusia masih berlanjut di kota yang terkepung Mariupol. Hal ini dilaporkan setelah Rusia mulai mundur dari Ibukota Kiev dan daerah sekitarnya.
"Situasi kemanusiaan ini di kota itu semakin memburuk," kata Kementerian Pertahanan Inggris, Rabu (6/4/2022).
"Lebih dari 160.000 orang warga masih tidak memiliki listrik, komunikasi, obat-obatan, pemanas atau air, pasukan Rusia mencegah akses bantuan kemanusiaan, tampaknya untuk menekan pasukan pertahanan untuk menyerang," tambah kementerian.
Pada Senin (4/4/2022) lalu Deputi Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk mengatakan sebanyak 1.553 orang berhasil dievakuasi dari Mariupol. Kota itu dikepung pasukan Rusia selama berminggu-minggu.
Vereshchuk mengatakan totalnya sebanyak 2.405 orang dievakuasi sepanjang koridor kemanusiaan dari Mariupol ke Zaporizhzhia. Sebanyak 1.553 diantaranya dari Mariupol sendiri sementara sisanya dari lokasi-lokasi lainnya yang sedang diperebutkan.
Ia mengatakan semakin sedikit kendaraan pribadi yang dapat digunakan untuk mengeluarkan warga sipil dari Mariupol. Sementara tujuh bus yang dikirim membantu proses evakuasi tidak dapat masuk kota itu untuk menjemput warga.
Mariupol yang menghadap Laut Azov merupakan incaran utama militer Rusia. Kota pelabuhan itu menjadi wajah penderitaan rakyat Ukraina selama invasi Rusia.
Vereshchuk mengatakan 971 orang lainnya dievakuasi dari lima lokasi lain di timur Luhansk. Kota di mana Rusia memfokuskan serangan militernya. Ia menuduh Rusia "sengaja dengan sistematis" melanggar gencatan senjata untuk memfasilitasi evakuasi di sana.