Rabu 06 Apr 2022 14:06 WIB

Aliansi AUKUS Sepakat Kembangkan Persenjataan Hipersonik

AS dan Australia telah memiliki program senjata hipersonik yang disebut SCIFiRE.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Pada 21 September 2021 ini, arsip foto Presiden Joe Biden bertemu dengan Perdana Menteri Australia Scott Morrison di Intercontinental Barclay Hotel. Inggris, Amerika Serikat dan Australia yang tergabung dalam aliansi AUKUS pada Selasa (5/4/2022), sepakat untuk bekerja sama dalam persenjataan hipersonik dan kemampuan peperangan elektronik.
Foto: AP/Evan Vucci
Pada 21 September 2021 ini, arsip foto Presiden Joe Biden bertemu dengan Perdana Menteri Australia Scott Morrison di Intercontinental Barclay Hotel. Inggris, Amerika Serikat dan Australia yang tergabung dalam aliansi AUKUS pada Selasa (5/4/2022), sepakat untuk bekerja sama dalam persenjataan hipersonik dan kemampuan peperangan elektronik.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris, Amerika Serikat dan Australia yang tergabung dalam aliansi AUKUS pada Selasa (5/4/2022), sepakat untuk bekerja sama dalam persenjataan hipersonik dan kemampuan peperangan elektronik. Dalam pernyataan bersama para pemimpin AUKUS Perdan Menteri Inggris Johnson, Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan, mereka cukup puas dengan kemajuan program kapal selam bertenaga nuklir dan memulai kerja sama baru untuk senjata hipersonik.

"Kami juga berkomitmen hari ini untuk memulai kerja sama trilateral baru pada hipersonik dan kontra-hipersonik, dan kemampuan peperangan elektronik," kata pernyataan bersama itu.

Baca Juga

Amerika Serikat dan Australia telah memiliki program senjata hipersonik yang disebut SCIFiRE atau singkatan dari Southern Cross Integrated Flight Research Experiment.  Pejabat Inggris mengatakan bahwa, meskipun Inggris tidak akan bergabung dengan program senjata hipersonil pada saat ini, ketiga negara akan bekerja sama dalam penelitian dan pengembangan untuk memperluas pilihan mereka.

Pemerintahan Biden berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan rudal hipersonik, yang bergerak dengan kecepatan lima kali kecepatan suara. Pengembangan senjata hipersonik ini didorong oleh invasi Rusia ke Ukraina pada Februari lalu, yang telah meningkatkan kekhawatiran tentang keamanan Eropa. 

“Mengingat invasi Rusia ke Ukraina yang tidak beralasan, tidak dapat dibenarkan, dan melanggar hukum, kami menegaskan kembali komitmen kami terhadap sistem internasional yang menghormati hak asasi manusia, supremasi hukum, dan penyelesaian sengketa secara damai yang bebas dari paksaan,” kata pernyataan bersama para pemimpin AUKUS. 

Para pemimpin AUKUS juga menegaskan kembali komitmen mereka untuk Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. Ketika ditanya tentang kesepakatan kerja sama antara Inggris, Amerika Serikat dan Australia mengenai senjata hipersonik, Duta Besar Cina untuk PBB Zhang Jun pada Selasa (5/4) memperingatkan bahwa langkah-langkah itu dapat memicu krisis serupa seperti konflik di Ukraina, di bagian lain dunia.

"Siapa pun yang tidak ingin melihat krisis seperti di Ukraina harus menahan diri dari melakukan hal-hal yang dapat menyebabkan krisis serupa di bagian lain dunia. Seperti kata pepatah Cina; Jika Anda tidak menyukainya, jangan memaksakannya pada orang lain," ujar Zhang.

Aliansi AUKUS diluncurkan September lalu. Aliansi ini mendorong Australia untuk membatalkan kontrak kapal selam konvensional dengan Prancis. AUKUS mendorong program kapal selam nuklir yang didukung oleh Amerika Serikat dan Inggris. Hubungan Australia dan Prancis menjadi buruk akibat kesepakatan aliansi AUKUS tersebut. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement