Rabu 06 Apr 2022 14:15 WIB

Carrie Lam Belum Terima Surat Pengunduran Diri John Lee

John Lee akan segera mundur dari jabatannya untuk maju dalam pemilihan umum bulan Mei

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mendengarkan pertanyaan wartawan selama konferensi pers di Hong Kong, Selasa, 22 Februari 2022.
Foto: AP/Vincent Yu
Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mendengarkan pertanyaan wartawan selama konferensi pers di Hong Kong, Selasa, 22 Februari 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Pemimpin Kota Hong Kong Carrie Lam mengatakan ia belum menerima surat pengunduran diri dari pejabat dalam pemerintahannya. Sementara media-media setempat melaporkan wakilnya, John Lee akan segera mundur dari jabatannya untuk maju dalam pemilihan umum bulan Mei.

Juru bicara Lee pada pekan ini mengatakan ia tidak akan menanggapi spekulasi media. Pernyataan Lam, Rabu (6/4/2022) disampaikan dua hari setelah ia menegaskan tidak akan maju untuk periode kedua masa jabatan lima tahun.

Baca Juga

Setelah menjalani masa kekuasaan yang penuh gejolak di pusat keuangan dunia itu dengan unjuk rasa anti-pemerintah dan pandemi Covid-19. Pada Senin (4/4/2022) lalu Stasiun televisi Cable TV melaporkan Lam mengumumkan tidak akan maju dalam pemilihan untuk periode kedua. Laporan tersebut mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya.

Sementara Kepala Sekretaris Hong Kong John Lee yang merupakan orang nomor dua di pusat keuangan dunia itu mundur dari jabatannya. Stasiun televisi TVB mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan Lee akan maju dalam pemilihan pemimpin kota.

Lee yang berusia 64 tahun bekas pejabat keamanan selama unjuk rasa pro-demokrasi yang kerap berakhir dengan kerusuhan pada 2019 lalu. Pada tahun 2021 jabatannya naik. Beberapa pakar menilai hal ini menunjukkan Beijing memprioritaskan keamanan dibandingkan ekonomi di Hong Kong.

Jadwal pemungutan suara dimundurkan yang sebelumnya dijadwalkan pada 28 Maret lalu. Karena pemerintah masih menghadapi pandemi Covid-19 yang telah menginfeksi lebih dari satu juta orang di bekas koloni Inggris yang dihuni 7,4 juta tersebut.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement