Rabu 06 Apr 2022 15:07 WIB

Imam Besar Istiqlal Bicara Urgensi Penghijauan Pikiran dan Hati

Jika ingin melestarikan alam ini, maka pikiran dan hatinya harus hijau.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar (kanan) menerima sertifikat EDGE (Excellence in Design for Greater Efficiencies) dari  Country Manager Indonesia dan Timor Leste International Finance Corporation (IFC) Azam Khan pada acara serah terima sertifikat EDGE di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (6/4/2022). Masjid Istiqlal menjadi tempat ibadah pertama di dunia yang mendapatkan sertifikat final dari sistem EDGE. EDGE adalah sistem sertifikasi bangunan hijau yang dikembangkan oleh IFC. EDGE memberikan solusi teknis untuk mengadaptasi proyek konstruksi dengan standar bangunan hijau dan menghasilkan lingkungan serta keuangan yang positif.Prayogi/Republika.
Foto: Prayogi/Republika.
Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar (kanan) menerima sertifikat EDGE (Excellence in Design for Greater Efficiencies) dari Country Manager Indonesia dan Timor Leste International Finance Corporation (IFC) Azam Khan pada acara serah terima sertifikat EDGE di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (6/4/2022). Masjid Istiqlal menjadi tempat ibadah pertama di dunia yang mendapatkan sertifikat final dari sistem EDGE. EDGE adalah sistem sertifikasi bangunan hijau yang dikembangkan oleh IFC. EDGE memberikan solusi teknis untuk mengadaptasi proyek konstruksi dengan standar bangunan hijau dan menghasilkan lingkungan serta keuangan yang positif.Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Besar Masjid Istiqlal Prof KH Nasaruddin Umar berbicara tentang urgensi penghijauan pikiran dan hati. Hal tersebut disampaikannya saat acara seremonial serah terima sertifikat final Excellence in Design for Greater Efficiencies (EDGE) untuk Masjid Istiqlal dari International Finance Corporation (IFC), anggota Kelompok Bank Dunia di Masjid Istiqlal, Rabu (6/4/2022).  

Kiai Nasaruddin mengatakan, Istiqlal adalah masjid pertama di dunia yang mendapatkan sertifikat final EDGE. Bagi Masjid Istiqlal, bukan hanya masjidnya yang harus hijau. Tapi yang paling penting bagaimana menciptakan kehijauan di dalam pikiran dan hati.

Baca Juga

"Tidak akan ada artinya penghijauan seperti yang kita saksikan sekarang ini, kalau tidak didukung oleh pemikiran para insan Masjid Istiqlal, tidak ada artinya kita bicara penghijauan kalau hati para insan Masjid Istiqlal tidak hijau," kata Kiai Nasaruddin dalam pidatonya saat Masjid Istiqlal mendapat sertifikat final EDGE dari IFC, Rabu.

Ia menegaskan, yang perlu hijau itu bukan hanya bangunan dan ruangannya, tapi pikiran dan hati manusianya juga harus hijau. Jika ingin melestarikan alam ini, maka pikiran dan hatinya harus hijau. Tanpa penghijauan jalan pikiran dan hati manusianya, yang hijau sekarang ini mungkin hanya sesaat, sekitar dua atau tiga tahun saja.

Menurutnya, kalau pikiran dan hati manusianya hijau secara permanen, inilah yang akan melestarikan bumi. Kiai Nasaruddin mengatakan menarik untuk dikaji bahwa Allah melantik manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi.

Tentu manusia harus mencontoh bagaimana Allah mengayomi bumi ini. Maka umat Islam selalu diminta membaca Surah Al Fatihah, pada ayat keduanya mengandung arti "segala puji bagi Allah Yang Maha Memelihara, Mengasuh dan Menyayangi alam semesta."

Menurut Kiai Nasaruddin, Allah SWT lebih menonjol sebagai Tuhan yang feminin daripada Tuhan yang maskulin. Karena itu 80 persen nama-nama Allah adalah nama-nama feminin, sedangkan 20 persennya nama-nama maskulin.

"Allah sangat feminin, Alquran sangat feminin, dan Nabi-Nya juga feminin. Tapi mengapa umatnya super maskulin," ujar Kiai Nasaruddin.

Ia mengimbau kepada lembaga-lembaga internasional seperti yang memberikan hadiah ke Masjid Istiqlal ini agar jangan hanya konsen membangun pembangunan ruang yang hijau saja. Tapi bagaimana untuk bersama-sama bersepakat mengembangkan semangat penghijauan jalan pikiran seluruh umat manusia di dunia ini.

Kiai Nasaruddin menambahkan, bagaimana agar bersama-sama bersepakat mempromosikan penghijauan batin kepada setiap umat manusia. Kalau pikiran ini tidak hijau, begitu melihat hutan belantara akan berpikir kalau hutan tersebut dibakar dan dijadikan kebun sawit akan dapat berapa dolar jika diekspor. Itu contoh pikiran yang tidak hijau.

"Kalau jalan pikiran dan hati ini tidak hijau maka kita tidak bisa berbuat banyak, maka Istiqlal berkomitmen menciptakan hati dan pikiran yang hijau di samping bangunan yang hijau," kata Kiai Nasaruddin.

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَسَالَتْ اَوْدِيَةٌ ۢ بِقَدَرِهَا فَاحْتَمَلَ السَّيْلُ زَبَدًا رَّابِيًا ۗوَمِمَّا يُوْقِدُوْنَ عَلَيْهِ فِى النَّارِ ابْتِغَاۤءَ حِلْيَةٍ اَوْ مَتَاعٍ زَبَدٌ مِّثْلُهٗ ۗ كَذٰلِكَ يَضْرِبُ اللّٰهُ الْحَقَّ وَالْبَاطِلَ ەۗ فَاَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاۤءً ۚوَاَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِى الْاَرْضِۗ كَذٰلِكَ يَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ ۗ
Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah ia (air) di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti (buih arus) itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan tentang yang benar dan yang batil. Adapun buih, akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada gunanya; tetapi yang bermanfaat bagi manusia, akan tetap ada di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan.

(QS. Ar-Ra'd ayat 17)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement