JAKARTA — Tak banyak orang tahu, ternyata almarhum ketua MPR Taufik Kiemas, ikut membangun sekolah Madrasah Mualimaat Muhammadiyah Yogyakarta. Bahkan putrinya, Puan Maharani, baru tahu beberapa tahun setelah Taufik Kiemas meninggal dunia.
Cerita ini diunggah oleh akun instagram pengurus PP Pemuda Muhammadiyah M Surya Vandiantara, di akun Instagramn @s.vandiantara, Rabu (6/4/2022). Dalam akun ini, @s.vandiantara mengunggah video pidato Wakil ketua Dewan masjid, Komjend Pol (Purn) Syafruddin, saat hadir di Sewindu Haul Taufik Kiemas.
Dalam video itu Syafruddin berpidato:
Kalau bercerita almarhum Pak Taufik Kiemas. Tidak akan cukup tjuh hari tujuh malam untuk bercerita tentang kebaikan beliau, baik sebagai tokoh nasional maupun kedekatannya dengan tokoh-tokoh dan umat Islam.
Sedikit cerita, media 2017, saya berkunjung ke Yogyakarta di pondok tahfiz Alquran. Lalu berkunjung ke sekolah-sekolah dan RS Muhammadiyah.
Waktu itu kitta disambut Ibu Haedar Nashir, kebetulan Pak Haedar Nashir sedang di Kairo, Mesir, empat tahun lalu. Ternyata ceritanya, tanpa banyak yang tahu ternyata sekolah santriwati itu dibangun oleh almarhum Taufik Kiemas.
Waktu itu putrinya (Puan Maharani) melongo, termanggut-manggut. Waktu itu saya bersama Ibu Puan Maharani dengan Menteri Pendidikan, empat tahun yang lalu.
Jadi begitulah Pak Taufik Kiemas memberikan sumbangan wakaf tanpa diketahui oleh siapapun. Bayangkan tahun 2013 beliau meninggal, empat tahun kemudian putrinya (Puan Maharani) baru tahu ayahandanya memberikan wakaf sekolah santriwati Muhammadiyah Yogyakarta.
Atas unggahan ini dosen Universitas Muhammadiyah Bengkulu ini memberikan caption:
Waketum Dewan Masjid Cerita Pengalaman Puan Maharani di Sekolah Muhammadiyah yang Dibangun Taufiq Kiemas
Kita tak pernah mengetahui cerita ini andai Pak Syafruddin tidak mengungkapnya. Karena Ibu Puan Maharani selaku putrinya almarhum Pak Taufiq Kiemas juga tidak pernah menceritakan kedermawanan ayahandanya dalam hal syiar-syiar Islam. Maka, wajar ketika Ibu Puan selaku putrinya dihadapkan pada pengalaman ketika mengunjungi Sekolah Muhammadiyah di Yogyakarta tanpa mengetahui bahwa ada jasa ayahnya dalam wakaf dan pembangunan sekolah tersebut.
Video pendek dari potongan acara sewindu haul Pak Taufiq Kiemas ini telah mengajarkan kepada kita soal peribahasa: 'Tangan kanan memberi, tangan kiri tidak perlu tahu'.
Tidak perlu pamer, juga tidak perlu memberitahukan kepada orang-orang, bahkan 'tangan kiri' pun tidak perlu tahu.
Peribahasa yang sering kita dengar itu diambil dari hadis Nabi Muhammad.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:
"Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah SWT dalam naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan selain naungan-Nya. Di antaranya, seorang yang mengeluarkan suatu sedekah, tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya."
(Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim)
Kini, ada segudang tantangan bagi Ibu Puan Maharani, untuk bisa meneruskan keteladanan sang ayah, termasuk dalam hal kebangsaan, dimana almarhum adalah seorang yang piawai menjadi jembatan pemersatu dalam kehidupan berbangsa yang penuh keberagaman.
Surya Vandiantara, Pengurus Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah dan Dosen Universitas Muhammadiyah Bengkulu
Berdasar data, kunjungan Syafruddin bersama Puan dalam rangka penyaluran bantuan Program Keluarga Harapan. Ada 12.122 keluarga yang mendapat bantuan berupa makanan tambahan untuk ibu hamil dan balita.
Saat itu, Puan Maharani masih menjadi menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebuyayaan (Menko PMK). Adapun posisi Syafuddin masih sebagai Wakapolri.