Rabu 06 Apr 2022 16:56 WIB

Berasa Cuaca di Bandung Lebih Dingin? Ini Penjelasan BMKG

BMKG sebut terjadi proses pendinginan evaporatif di Bandung sehingga terasa dingin.

Rep: M Fauzi Ridwan/ Red: Bilal Ramadhan
Awan mendung menyelimuti KBU (Kawasan Bandung Utara). BMKG sebut terjadi proses pendinginan evaporatif di Bandung sehingga terasa dingin.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Awan mendung menyelimuti KBU (Kawasan Bandung Utara). BMKG sebut terjadi proses pendinginan evaporatif di Bandung sehingga terasa dingin.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan fenomena kondisi cuaca di Kota Bandung yang terasa lebih disebabkan terjadi proses pendinginan evaporatif di wilayah Bandung Raya. Selain itu disebabkan suhu muka laut wilayah Indonesia yang hangat akibat La Nina yang berkepanjangan.

Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu mengatakan satu pekan terakhir suhu di Bandung Raya terasa dingin padahal suhu minimum Kota Bandung berada di angka 20 hingga 21 derajat celcius. Sedangkan pada musim kemarau bisa mencapai 18 derajat celcius.

Baca Juga

"Kondisi ini (cuaca lebih dingin) dirasakan ketika memasuki akhir musim hujan dan menuju musim peralihan," ujarnya melalui keterangan resmi, Rabu (6/4/2022).

Ia mengatakan penyebab cuaca lebih dingin di Bandung Raya karena terjadi proses pendinginan evaporatif. Ia menjelaskan bulan April merupakan akhir musim hujan di wilayah Bandung Raya namun curah hujan yang terjadi lebih tinggi.

Hal itu disebabkan aktivitas pembentukan awan konvektif yang tinggi karena faktor labilitas atmosferik lokal. "Tentu saja proses pembentukan awan konvektif diawali oleh proses evaporasi. Proses evaporasi didominasi oleh proses perubahan fasa air dari kondisi cair menjadi gas," katanya.

Ia menyebut hal itu yang menyebabkan terjadinya pendinginan atau biasa disebut sebagai pendinginan evaporatif. Pendinginan evaporatif adalah pendinginan udara karena penyerapan panas laten molekul air.

"Ketika air menguap, proses penguapan membutuhkan energi panas (kalor) dari lingkungan agar penguapan terjadi. Dengan menghilangkan kalor dari udara, maka udara menjadi dingin," katanya.

Penyebab lainnya yaitu suhu muka laut wilayah Indonesia hangat akibat La Nina berkepanjangan. Kondisi itu menyebabkan aktivitas terjadinya pusat tekanan rendah di sekitar wilayah Indonesia menjadi meningkat.

"Kondisi ini sering menyebabkan terjadinya angin kencang oleh karena adanya zona konvergensi di sekitar wilayah Jawa Barat termasuk Bandung Raya. Tingginya kecepatan angin menyebabkan suhu yang dirasakan menjadi lebih dingin dibandingkan dengan suhu terukur," katanya.

Teguh mengimbau masyarakat waspada akhir musim hujan menuju musim peralihan. Sebab potensi bencana akan meningkat terutama potensi kejadian angin kencang, puting beliung dan hujan es.

"Perubahan cuaca yang dinamis juga patut diwaspadai karena dapat menyebabkan menurunnya stamina atau imunitas tubuh," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement