Rabu 06 Apr 2022 23:00 WIB

Kelompok HAM Tuduh Pasukan Regional Ethiopia Lakukan Pembersihan Etnis di Tigray

Penyelidikan organisasi HAM menemukan adanya praktik pembersihan etnis di Tigray

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
 Anak-anak Tigrayan yang melarikan diri dari konflik di wilayah Tigray Ethiopia berdiri untuk berfoto di dekat tempat penampungan sementara di kamp pengungsi Umm Rakouba di Qadarif, Sudan timur. Penyelidikan organisasi HAM menemukan adanya praktik pembersihan etnis di Tigray. Ilustrasi.
Foto: AP/Nariman El-Mofty
Anak-anak Tigrayan yang melarikan diri dari konflik di wilayah Tigray Ethiopia berdiri untuk berfoto di dekat tempat penampungan sementara di kamp pengungsi Umm Rakouba di Qadarif, Sudan timur. Penyelidikan organisasi HAM menemukan adanya praktik pembersihan etnis di Tigray. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA - Laporan bersama dari kelompok hak asasi manusia (HAM) yakni Human Rights Watch (HRW) dan Amnesty International merekam bahwa angkatan bersenjata dari wilayah Amhara telah melakukan kampanye pembersihan etnis di Tigray. Pasukan militer memaksa ratusan ribu orang meninggalkan rumah dengan menggunakan ancaman, pembunuhan, dan kekerasan seksual.

Lebih dari 15 bulan peneliti dari Amnesty dan HRW mewawancarai lebih dari 400 orang, termasuk wawancara dengan penduduk Tigray dan Amhara, serta pengungsi Tigray di Sudan. Para peneliti juga berkonsultasi dengan laporan medis dan forensik, dokumen pengadilan, citra satelit, serta bukti fotografis dan video.

Baca Juga

Laporan tersebut menuduh para pejabat dan paramiliter dari Amhara melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Tigray barat, Ethiopia utara. Amhara merupakan wilayah tetangga Tigray.

"Sejak November 2020, pejabat Amhara dan pasukan keamanan telah terlibat dalam kampanye pembersihan etnis tanpa henti untuk memaksa orang Tigray di Tigray barat meninggalkan rumah mereka," kata Direktur HRW Kenneth Roth seperti dikutip laman Guardian, Rabu (6/4/2022).

Menurut laporan tersebut, milisi dari Amhara bergabung dengan angkatan bersenjata Ethiopia dan sekutunya untuk merebut Tigray barat dalam beberapa pekan pertama perang. Milisi menggunakan penembakan dan eksekusi tanpa pandang bulu untuk memaksa orang pergi.

Laporan itu menyebut pasukan tersebut juga memasang tanda-tanda di kota-kota yang menuntut agar orang-orang pergi dan membuat ancaman untuk membunuh warga sipil yang ingin tinggal. Laporan itu mengatakan pasukan pemerintah terlibat dalam dugaan kejahatan tersebut.

"Otoritas Ethiopia dengan tegas membantah luasnya kejahatan yang mengejutkan yang telah terungkap dan gagal mengatasinya," kata Roth.

Laporan tersebut juga mengutip seorang wanita yang mengatakan dia telah diperkosa oleh tentara. Wanita itu menuturkan pasukan telah mengancamnya untuk memusnahkan orang etnis Tigray dan menghalalkan darah penduduk etnis Tigray.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement