REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Secara umum nyeri kepala dan atau rasa pegal/linu di areal leher pada jangka waktu sesaat atau setidaknya dalam rentang waktu satu dua hari, dianggap hal normal oleh sebagian masyarakat. Meski sakit kepala kadang dapat diobati dengan obat-obatan antinyeri, namun untuk yang dipicu oleh penyakit serius, diperlukan penanganan lebih lanjut.
Oleh karenanya, menurut Dokter spesialis bedah saraf Rumah Sakit Siloam Semanggi/Mochtar Riady Comperhensive Cancer Centre atau MRCCC, Dr dr Agus Mahendra Inggas SpBS nyeri kepala dan leher tidak bisa dianggap remeh. Karena apabila tidak diatasi dengan segera, dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan.
"Masyarakat harus memahami, kenapa rasa sakit kepala dan nyeri leher harus segera ditangani. Karena secara ilmu kesehatan, sakit kepala, misalnya adanya rasa pusing (biasanya) adanya gangguan keseimbangan contoh vertigo dan lainnya. Sedangkan nyeri (sakit) kepala merupakan kondisi dengan adanya 'sesuatu' yang tidak normal dalam kepala. Jika hal ini dirasakan secara kontinyu, segera diperiksa ke rumah sakit. Jangan ditunda", tutur Agus Mahendra melalui edukasi bincang sehat.
Nyeri kepala diidentifikasi menjadi Primer dan Sekunder. Primer adalah sakit atau nyeri kepala yang 'tidak diketahui' penyebabnya, adapun sakit kepala sekunder adalah sakit atau nyeri kepala yang diketahui penyebabnya.
Dalam penanganannya, dikenal metode VAS ( Visual Analog Score) yang digunakan untuk mengukur intensitas dan 'kadar' dari nyeri kepala. "Ini artinya, adalah kita harus waspada. Aaabila frekuensi nyeri kepala yang dirasakan semakin sering dan berlangsung dalam kurun waktu cukup lama," imbuh
Ia juga meminta masyarakat memperhatikan, apabila nyeri kepala yang dirasakan disertai dengan beberapa atau salah satu gejala samping (yang mengikuti rasa nyeri tersebut). Misalnya suara serak, leher kaku dan menjalar ke bahu lengan, hingga penglihatan mata menjadi tidak fokus dan pendengaran terganggu.
"Karena nyeri kepala dapat sebagai indikator salah satu penyakit saraf yang serius, yaitu gejala timbulnya stroke, adanya tumor otak, kelainan pembuluh darah otak dan Infeksi otak. Ini berarti Diteksi dini dan penanganan medis segera diperlukan," tutur Doktor Agus Mahendra Inggas.
Setelah penanganan melalui metode VAS, proses screening dengan Magnetic resonance imaging (MRI) masih dapat diandalkan. Atau bila perlu ditambahkan CT scan guna melihat kemungkinan kelainan di daerah otak.
"Dan tindakan operasi, radiasi, kemoterapi yang akan dilakukan dokter ahli yang akan sangat tergantung jenis dan tingkat kesulitan Nyeri kepala sekunder yang terdiagnosa," ungkap Doktor Made Agus Mahendra.
Ia pun juga mengingatkan segera bawa ke rumah sakit apabila mengalami nyeri kepala dengan kondisi seperti luar biasa hebatnya dan mendadak, bertambah berat dengan cepat, penurunan kesadaran, Leher atau tengkuk nyeri hebat, disertai demam suhu tinggi dan beberapa kondisi yang dirasakan 'berbeda' atau kronis lainnya.