Kamis 07 Apr 2022 14:47 WIB

Menkeu AS: Perlu Ada Fleksibilitas dalam Transaksi Energi Rusia

Banyak negara Eropa yang sangat bergantung pada minyak dan gas alam Rusia.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Menteri Keuangan Janet Yellen mendengarkan selama dengar pendapat House Committee on Financial Services, Rabu, 6 April 2022, di Capitol Hill di Washington.
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Menteri Keuangan Janet Yellen mendengarkan selama dengar pendapat House Committee on Financial Services, Rabu, 6 April 2022, di Capitol Hill di Washington.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen mengatakan, fleksibilitas pada transaksi energi Rusia diperlukan karena banyak negara Eropa yang sangat bergantung pada minyak dan gas alam Rusia. Eropa  berkomitmen untuk membuat transisi dari ketergantungan itu secepat mungkin.

Yellen mengakui bahwa, proses transisi ini akan memakan waktu. Sementara larangan total ekspor minyak dari Rusia akan mendorong lonjakan harga minyak, yang dapat merugikan AS dan Eropa.

Baca Juga

"Larangan total ekspor minyak dari Rusia, yang merupakan produsen terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Arab Saudi, kemungkinan akan mendorong melonjaknya harga yang akan merugikan Amerika Serikat dan Eropa," kata Yellen.

Yellen berharap, peningkatan harga minyak saat ini dapat menarik perusahaan minyak di Amerika Serikat dan wilayah lainnya untuk meningkatkan produksi dalam enam bulan ke depan. Pelepasan Cadangan Minyak Strategis AS, dapat memungkinkan pembatasan yang lebih ketat pada minyak Rusia.

Amerika Serikat mengumumkan babak baru sanksi untuk Rusia. Di antaranya melarang orang Amerika berinvestasi di Rusia. Tetapi transaksi yang memungkinkan sekutu Eropa untuk membeli minyak dan gas alam Rusia dikecualikan melalui lisensi khusus Departemen Keuangan.

Yellen juga mengeluarkan peringatan bahwa, Departemen Keuangan siap untuk menjatuhkan sanksi kepada Beijing, jika China melakukan agresi terhadap Taiwan. Amerika Serikat tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan. Namun AS merupakam pemasok utama persenjataan dan alat pertahanan ke Taiwan. 

China telah berulang kali menyerukan agar AS tidak ikut campur dalam urusan Taiwan. China bersikukuh bahwa Taiwan adalah bagian dari wilayah kedaulatannya. Sementara Taiwan memilih untuk menjadi negara yang demokratis dan independen.

"Tentu saja. Saya yakin kami telah menunjukkan bahwa kami bisa. Dalam kasus Rusia, kami mengancam konsekuensi yang signifikan. Kami telah memberlakukan konsekuensi yang signifikan. Dan saya  berpikir bahwa Anda tidak boleh meragukan kemampuan dan tekad kami untuk melakukan hal yang sama dalam situasi lain," ujar Yellen.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement