REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen mengatakan, Washington siap menggunakan semua alat sanksinya terhadap China jika mereka mengambil tindakan agresif terhadap Taiwan. Dia menyebut, Rusia telah merasakan hal tersebut karena menyerang Ukraina.
“Saya yakin kami telah menunjukkan bahwa kami dapat memberikan penderitaan signifikan pada negara-negara agresif, sebagaimana dibuktikan oleh sanksi terhadap Rusia. Saya pikir Anda tidak boleh meragukan kemampuan dan tekad kami untuk melakukan hal serupa dalam situasi lain,” kata Yellen saat berbicara di depan House Financial Services Committee, Rabu (6/4), dilaporkan Bloomberg.
Pernyataan Yellen itu merupakan jawaban atas pertanyaan dari Patrick McHenry, anggota House of Representatives AS dari Partai Republik. McHenry bertanya apakah Departemen Keuangan AS bersedia menjatuhkan sanksi kepada Cina seperti halnya terhadap Rusia setelah invasi ke Ukraina.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Zhao Lijian mengatakan, tidak ada satu pun negara yang memiliki hak untuk mengintervensi masalah Taiwan. "Tekad dan keinginan rakyat China untuk mempertahankan kedaulatan dan integritas teritorial kami tidak tergoyahkan," ujarnya dalam pengarahan pers pada Kamis (7/4/2022).
Bulan lalu, Cina memperingatkan AS agar tidak mencoba membangun “NATO” versi Pasifik. Beijing pun menyatakan bahwa perselisihan keamanan atas Taiwan dan Ukraina “tidak sebanding sama sekali”. Pada Februari lalu, Cina mengecam langkah Amerika Serikat (AS) menyetujui penjualan peralatan persenjataan senilai 100 juta dolar AS ke Taiwan. Beijing menegaskan akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi kedaulatannya.
China diketahui mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Namun Taiwan berulang kali menyatakan bahwa ia adalah negara merdeka dengan nama Republik China. Taiwan selalu menyebut bahwa China tidak pernah memerintahnya dan tidak berhak berbicara atas namanya. Namun sebaliknya, China mengklaim Taiwan sebagai bagian yang tak terpisah dari teritorialnya. Hal itu membuat hubungan kedua belah pihak dibekap ketegangan.