REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat bulan suci Ramadhan, umat Islam di seluruh dunia merayakannya dengan berpuasa dan mendekatkan diri pada Allah. Bagi Muslim yang masih muda, Ramadhan menjadi kesempatan untuk belajar lebih banyak tentang iman dan melakukan perbuatan baik.
Pengenalan Ramadhan dan ibadah puasa dilakukan sedini mungkin pada anak-anak. Ibu tiga anak dari Dubai bernama Shampa Bhuiya mengatakan anak terlalu dini untuk berpuasa, tetapi semangat mereka sangat tinggi.
“Anak-anak mulai secara perlahan berpuasa dengan beberapa jam sehari tanpa makanan dan air. Anak-anak tidak diharapkan untuk berpuasa, tetapi jika mereka menunjukkan antusiasme, sebagai orang tua, kami memuji setiap upaya yang mereka lakukan,” kata Bhuiya.
Bhuiya mengatakan mengajari anak soal Ramadhan bukan hanya sekadar memahami perasaan mereka yang kelaparan melainkan belajar banyak hal tentang disiplin, mengendalikan keinginan dan emosi, menjaga kebersihan hati, dan mensyukuri segala nikmat. Menjadikan bulan suci sebagai waktu yang menyenangkan dan mendidik bagi anak-anak adalah hal yang paling utama bagi orang tua. Berikut tiga tips yang bisa dilakukan orang tua untuk mengenalkan Ramadhan pada anak-anak, seperti dikutip The National, Rabu (6/4/2022).
1. Ajari anak-anak berpartisipasi dalam puasa
Fokus dari ibu empat anak Maysaa Marwan Khalil adalah memperkenalkan berbagai aspek bulan suci ke dalam kehidupan anak-anaknya. Dia membahas banyak pahala yang didapat selama bulan Ramadhan, seperti banyak membaca Alquran, berdoa, dan bersedekah.
Khalil memiliki tiga putra yang berusia 1, 12, dan 6 tahun dan seorang putri berusia 9 tahun. Khalil ingin menanamkan rasa partisipasi ibadah pada semua anak-anaknya.
“Anak-anak yang lebih besar berpuasa dan berdoa, tetapi tidak yang lebih muda. Tapi kami mengajari mereka dan mencoba untuk berpartisipasi, seperti mencoba berpuasa selama mungkin dua atau tiga jam, serta sholat bersama kami,” kata Khalil.
2. Bagi hari menjadi tiga untuk mencapai keseimbangan dan harmoni
Bhuiya mengajarkan anak-anaknya membagi hari menjadi tiga supaya mencapai keseimbangan dan harmoni. Sepertiga diserahkan untuk tanggung jawab mereka seperti sekolah, sepertiga untuk keluarga dan teman-teman mereka, dan sepertiga terakhir untuk diri mereka sendiri.
“Agar lebih ramah anak, kami biasanya membangun masjid mini dari karton untuk anak-anak bersantai dan memiliki waktu sendiri. Di dalamnya kami menyimpan bantal, selimut, lampu peri, sajadah dan buku-buku yang bisa mereka baca dan pahami tentang iman mereka,” ujarnya.
3. Ajak anak-anak melakukan kegiatan kreatif
Selain mengajari beribadah, orang tua juga bisa mengajak anak-anak melakukan kegiatan kreatif, seperti membuat teropong dari tabung karton untuk melihat bulan. Menurut Aziza Ali, keterlibatan penuh keluarga, baik dengan membuat teropong kardus, membuat jurnal Ramadhan, dan menikmati berbagai kegiatan merupakan hal yang intrinsik dalam pendekatan orang tua.
“Dalam kalender Ramadhan mereka, anak-anak mempersiapkan apa yang ingin mereka lakukan. Misal, mereka akan mendapat poin untuk membaca Alquran. Saya biasanya menyimpan kalender untuk Ramadhan berikutnya sehingga mereka dapat membandingkan tindakan mereka dan mencoba melakukan yang lebih baik,” ucapnya.
Selain itu, Ali bersama suaminya juga mengadakan pertemuan keluarga sebelum Ramadhan. Dia meminta anak-anak mengatur anggaran untuk uang yang mereka tabung.
“Uang itu digunakan untuk amal dan membeli hadiah pada Hari Raya Idul Fitri. Cara ini ampuh supaya mereka tidak berpikir orang tua akan selalu membelikan hadiah untuk mereka,” tambahnya.